Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank Indonesia mendorong bank umum mengalokasikan 20% kreditnya untuk sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Namun, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yakin perannya tak akan tergerus oleh langkah agresif bank umum di ranah kredit mikro.
Keyakinan ini dilontarkan oleh Muhammad Sigit, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah Se-Indonesia (PERBAMIDA). "Justru pemberlakuan kebijakan tersebut menjadi peluang bagi BPR untuk bekerja lebih baik dalam bisnis mikro yang selama ini menjadi andalan," kata Sigit pada KONTAN, Jumat (10/1).
Menurut dia, selama ini secara perlahan-lahan Bank Umum semakin banyak membuka unit mikro di berbagai daerah. Nyatanya, eksistensi BPR di berbagai daerah tersebut tak mengalami masalah.
Selain itu, BPR mengklaim tetap memiliki keunggulan dibanding bank umum, yakni suku bunga kredit mikro yang lebih rendah. "Sebagai contoh, Danamon Simpan Pinjam milik Bank Danamon, bunganya 2,5% - 3% flat perbulan. Kami masih dibawah itu," ujar pria yang juga Direktur Utama BPR Sleman tersebut.
Sigit juga yakin linkage atau jejaring BPR dengan bank umum akan semakin kuat ke depannya. Apalagi, regulator, yang kini dipegang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tentu berharap semakin banyak masyarakat bisa mengakses pendanaan lebih cepat. Sehingga kerjasama Bank Umum dengan BPR menjadi kebutuhan, mengingat sudah sejak lama BPR sudah mengakar hingga pelosok daerah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News