Reporter: Adhitya Himawan | Editor: A.Herry Prasetyo
JAKARTA. Bank perkreditan rakyat (BPR) tampaknya harus mulai mengembangkan teknologi informasi (TI) dalam sistem perbankan. Kalau tidak, BPR akan semakin jauh tertinggal dari bank umum.
Rektor Institut Perbanas, Marsudi Wahyu Kisworo, mengatakan BPR memang memiliki keunggulan dibandingkan bank umum. Biasanya, BPR memiliki rasio biaya operasional dibanding pendapatan operasional (BOPO) yang lebih rendah ketimbang bank umum. Maklum, organisasi BPR jauh lebih kecil sehingga lebih efisien.
Namun, BPR memiliki dua kelemahan. Pertama, penggunaan TI di BPR masih lemah. Kedua, strategi pemasaran dan komunikasi BPR juga kurang kuat. "Umumnya karena basis pelayanan BPR masih bersifat lokal, sehingga mengabaikan perlunya promosi yang lebih profesional dan penyempurnaan teknologi," kata Marsudi.
Bumaman Teodeki Tarigan, Direktur Utama BPR Pijer Podi Kekelengen, mengakui masih banyak BPR belum memiliki layanan perbankan berbasis TI. Untuk memperkuat layanan berbasis TI, BPR Pijer menggandeng PT Sigma Cipta Caraka (Telkom Sigma) sebagai penyedia layanan telekomunikasi.
Melalui kerjasama tersebut, mulai tahun depan BPR Pijer akan menyediakan layanan transaksi online kepada nasabah. "Meski kecil, dalam waktu dekat nasabah kami bisa merasakan transaksi online, seperti transfer dana," kata Bumaman.
Hingga November 2013, jumlah nasabah BPR Pijer sebanyak 21.000 orang, dengan jumlah simpanan sebesar Rp Rp 62 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News