Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) masih mampu membukukan laba bersih dari sebesar Rp 31,26 miliar pada tahun 2020. Hal ini sejalan dengan strategi perusahaan dalam menurunkan Cost of Fund (COF) yang mencapai 5,97% pada 2020 dari sebelumnya sebesar 7,02% pada 2019.
Selain itu, bank mampu meningkatkan total aset sebesar 3,50% yoy dari Rp 27,7 triliun pada 2019 menjadi Rp 28,02 triliun pada 2020. Hal itu, tidak terlepas dari peningkatan kredit 0,65% yoy dari Rp 19,37 triliun menjadi Rp 19,49 triliun pada 2020.
“Penyaluran kredit konsumer melalui aplikasi digital Pinjam Tenang atau disebut PINANG juga sudah mulai memperlihatkan hasil. PINANG adalah pinjaman berbasis digital yang merupakan produk pinjaman bank berbasis aplikasi pertama di Indonesia. Aplikasi PINANG sudah fully digital dengan sistem digital verification, digital scoring dan digital signature,” tulis Sekretaris Perusahaan BRI Agro Hirawan Nur Kustono dalam keterangan tertulis pada Jumat (9/4).
Baca Juga: RUPST BRI Agro tunjuk Kaspar Situmorang sebagai Direktur Utama
Product development PINANG dilakukan oleh BRI selaku perusahaan induk, kemudian dialihkan ke Perseroan untuk dikembangkan dan dipasarkan. Pada tahun 2020, total disbursement PINANG sebesar Rp 70,6 miliar dan sudah melayani debitur lebih dari 18.000 debitur. Kontribusi sektor agribisnis yang menjadi fokus perseroan adalah salah satu penopang pertumbuhan penyaluran kredit Perseroan.
Porsi penyaluran kredit kepada sektor agribisnis sendiri tercatat sebesar 56% dengan penyaluran terbesar pada komoditas kelapa sawit. Selain melakukan pengembangan bisnis eksisting, BRI Agro juga saat ini tengah melakukan kolaborasi dengan berbagai Start Up dari berbagai jenis bidang bisnis, salah satunya dari bidang Financial Technology (Fintech) Services dalam upaya untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat melalui digital platform.
Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 8,75% (yoy) dari Rp 21,14 triliun menjadi Rp 22,99 triliun pada 2020. Pertumbuhan DPK didorong oleh peningkatan giro dan tabungan sehingga terjadi perbaikan CASA menjadi 23,85% dari sebelumnya sebesar 14,31% pada 2019.
Dari sisi likuiditas, rasio likuiditas (LDR) BRI Agro masih dapat terjaga pada level aman yakni sebesar 84,76% sesuai parameter yang ditetapkan oleh regulator. Selain itu, tingkat likuiditas di luar rasio LDR yaitu RIM masih tetap terjaga pada level 86,02%.
Baca Juga: Perbanas minta penghapusan premi penjaminan simpanan, begini respons LPS
Terkait sisi ekuitas, BRI Agro tetap memiliki ekuitas yang solid dengan CAR sebesar 24,33% pada 2020. Angka tersebut masih jauh di atas ketentuan minimum yang ditetapkan oleh regulator. Pada tahun 2020 perseroan mencatat rasio non performing loan/NPL Gross sebesar 4,97% yang menunjukkan tren penurunan dibandingkan periode sebelumnya NPL Gross sebesar 7,66% pada 2019. Sementara itu NPL Net pada 2020 sebesar 2,73% dibandingkan dengan NPL Net 2019 sebesar 4,86%.
“Di saat pandemi Covid-19 dimana perbankan mengalami kenaikan NPL, Perseroan berhasil menurunkan NPL. Strategi yang ditempuh adalah dengan melakukan restrukturisasi dan membentuk pencadangan yang cukup solid dengan rasio NPL Coverage mendekati 103,96% pada tahun 2020 dari tahun 2019 yang berada di level 56,24%,” tambahnya.
Selanjutnya: Kementerian BUMN sebut kredit bank Himbara tumbuh positif hingga kuartal I-2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News