Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berencana mengurangi porsi saham mayoritas di PT BRI Agroniaga Tbk. Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo menyebut, salah satu rencana yang akan dilakukan perseroan antara lain dengan tidak mengambil penuh hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue yang akan dilakukan anak usahanya itu.
Rencana tersebut menyusul keinginan perseroan untuk meningkatkan porsi kepemilikan saham publik pada BRI Agro. "Saat ini porsi kepemilikan saham kami di BRI Agro sekitar 87%, harapannya nanti bisa menjadi sekitar 76%, dan porsi kepemilikan saham publikĀ kami target 10%," ujar Haru di Jakarta, Selasa (2/5).
Hingga kuartal I-2017, porsi kepemilikan BRI di BRI Agro sebanyak 87,23%. Selain BRI, 6,66% saham BRI Agro dipegang Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun), dan sisanya sebanyak 6,11% dipegang publik.
Haru menyebut, dengan susutnya kepemilikan BRI di BRI Agro diharapkan pergerakan harga saham anak usahanya itu bisa lebih likuid.
Seperti diketahui, BRI Agro berencana rights issue dengan target penghimpunan dana sebesar Rp 1 triliun. Dana yang terkumpul dari aksi korporasi yang akan dilaksanakan pada awal semester II 2017 itu, rencananya digunakan untuk ekspansi kredit.
Haru menyebut, perusahaan akan terus menyuntik dana ke BRI Agro. Pasalnya, bank nomor wahid dari segi aset ini menargetkan BRI Agro untuk naik ke kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III pada akhir 2018 mendatang.
Sebagai informasi, sampai kuartal I 2017 tercatat modal inti BRI Agro sudah mencapai Rp 1,95 triliun. Artinya, anak usaha BRI tersebut membutuhkan modal sedikitnya Rp 3,05 triliun untuk masuk ke kategori BUKU III dengan minimal modal sebesar Rp 5 triliun. Adapun dari sisi kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BRI Agro naik dari 21,19% per Maret 2016 menjadi 22,45% pada Maret 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News