Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Industri Perbankan menilai kenaikan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 150 basis point (bps) selama 4 bulan ini akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi.
Perlambatan ekonomi akan mempengaruhi penyusutan kredit perbankan di akhir tahun. Namun, tak semua perbankan menurunkan target pertumbuhan kredit, masih ada perbankan yang mau berkomitmen mendorong penyaluran kredit.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) misalnya, tahun ini mematok target kredit mencapai sekitar Rp 417,6 triliun - Rp 424,56 triliun atau tumbuh 20% sampai 22%. Alasannya, 80% kredit BRI disalurkan ke sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang memiliki daya tahan tinggi menghadapi gejolak ekonomi.
"Meskipun sedang terjadi gejolak ekonomi, BRI tidak menurunkan target kredit yakni seperti yang dicanangkan pada awal tahun. Kami optimistis itu bisa tercapai," kata Sekretaris Perusahaan BRI Muhammad Ali, akhir pekan lalu.
Menurut Ali, perseroan tak mengerem penyaluran kredit karena sejumlah UMKM yang berorientasi ekspor justru sedang menggenjot ekspornya saat ini seiring menguatnya dollar AS. "Mereka justru membutuhkan kredit dari bank untuk memproduksi barang-barang ekspor. Ini tentu harus difasilitasi karena ekspor yang meningkat akan mengimbangi defisit neraca pembayaran," tambah Ali.
Direktur Keuangan BRI, Achmad Baequni menambahkan, pihaknya kemungkinan menaikkan suku bunga pinjaman dan simpanan, namun kenaikan dilakukan secara selektif. Agar tak memberatkan UMKM, suku bunga kredit mikro di BRI tidak dinaikkan.
"Namun, suku bunga kredit yang lain naik dengan besaran yang bervariasi," ucap Baequni. Lanjutnya, ini bisa dilakukan karena BRI melakukan beberapa langkah terobosan untuk menekan biaya dana atau cost of fund.
Menurutnya, bank yang mengandalkan deposito, sudah pasti dananya akan meningkat karena bunga deposito bakal naik seiring naiknya BI rate. Sebaliknya, biaya dana dapat dipertahankan tetap rendah jika bank banyak menghimpun dana murah yakni tabungan dan giro.
Nah, untuk menggenjot tabungan, bank berpelat merah ini menggencarkan promosi Untung Beliung Britama (UBB) dan Pesta Rakyat Simpedes dengan memanfaatkan jaringan BRI yang tersebar.
Ali menambahkan, BRI juga berupaya menghimpun dana milik pemerintah yang digunakan untuk transaksi dan pembayaran. Langkah lainnya adalah meningkatkan layanan transaksional seperti kartu kredit dan kartu debet.
Adapun dari sisi operasional, BRI juga terus meningkatkan efisiensi di segala lini. "Seluruh langkah-langkah itu dilakukan agar bunga kredit produktif tidak naik sehingga tidak memberatkan pelaku UMKM," jelas Ali.
Terkait kredit konsumtif seperti KPR dan KKB, BRI telah menyesuaikan suku bunganya. Itu dilakukan karena permintaan KPR dan KKB masih cukup tinggi. Penyesuaian bunga kredit juga bertujuan untuk menjaga kualitas kredit.
Catatan saja, per Juni 2013 total kredit BRI mencapai Rp 391,8 triliun atau tumbuh 28% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 304,8 triliun. Sedangkan, total kredit BRI per Desember 2012 mencapai Rp 348,2 triliun.
Adapun, per Juni 2013 kredit ini paling besar mengalir ke kredit mikro sebesar Rp 122,1 triliun, ke konsumer Rp 67,9 triliun, kemudian kredit komersial sebesar Rp 78,4 triliun, kredit menengah senilai Rp 18,4 triliun, kredit untuk perusahaan BUMN sebesar Rp 65,3 triliun dan non BUMN sebesar Rp 39,7 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News