kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BRI Finance Mengatur Strategi Untuk Menghadapi Inflasi yang Mengintai


Senin, 12 September 2022 / 11:11 WIB
BRI Finance Mengatur Strategi Untuk Menghadapi Inflasi yang Mengintai
ILUSTRASI. Direktur Utama BRI Multifinance Indonesia Azizatun Azhimah (kedua kanan) berbincang dengan jajaran direksi usai memberikan paparan oenawaran umum obligasi di Jakarta, Selasa (19/7/2022).


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan ekonomi karena inflasi yang tinggi, seiring dengan kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan harga bahan bakar minyak (BBM) telah membayangi pelaku usaha, termasuk PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance).

Sekretaris Perusahaan BRI Finance Taufiq Kurniadihardja mengatakan pihaknya telah mengantisipasi beberapa tantangan ekonomi yang akan dihadapi melalui diversifikasi pendanaan. Salah satunya melalui penerbitan Obligasi I BRI Finance Tahun 2022 yang sudah dicatatkan efektif di Bursa Efek Indonesia sejak 10 Agustus 2022.

Sebagai informasi, BRI Finance mencatatkan kelebihan permintaan sebanyak 147% atas penerbitan Obligasi I BRI Finance Tahun 2022 senilai Rp 1,03 triliun. Adapun kupon final dari obligasi tersebut untuk tenor tiga tahun sebesar 6,95%.

Baca Juga: Anak Usaha Solid Menyokong Laba Induk Bank

“BRI Finance juga mengupayakan agar maturity dari struktur pendanaan matching dengan struktur pembiayaan, dengan tetap memperhatikan cost of fund agar terjadi kesesuaian antara pola pendanaan dan pola pembiayaan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (12/9).

Di sisi lain, Taufiq menyadari kenaikan suku bunga akan berpengaruh kepada kenaikan biaya dana atau cost of fund bagi perusahaan multifinance secara umum. Namun, setiap perusahaan multifinance memiliki struktur pendanaan (funding) yang berbeda-beda. 

Menurutnyam perusahaan multifinance dengan proporsi pendanaan jangka panjang lebih besar, maka kenaikan suku bunga acuan tidak berdampak signifikan terhadap besaran kenaikan biaya dana. Oleh karena itu, dengan keberhasilan menerbitkan obligasi pada Agustus lalu, pihaknya lebih optimistis menghadapi tantangan ekonomi. 

Baca Juga: Tumbuh 17,6% per Juni 2022, Bank Pelat Merah Kian Gencar Salurkan Kredit UMKM

Tak hanya itu, Taufiq mengamini jika kenaikan harga BBM bisa berpotensi meningkatkan rasio pembiayaan bermasalah atau non performing finance (NPF). Sebab memberikan dampak menurunnya daya beli masyarakat sehingga bisa memengaruhi kemampuan debitur untuk membayar kewajiban angsuran. 

“Sebagian debitur akan memilih opsi menunda membayar angsuran guna memenuhi kebutuhan yang lebih primer,” ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya tetap melanjutkan kebijakan prudential financing yang telah dilakukan selama ini secara konsisten. Juga memastikan bahwa calon-calon debitur yang mengajukan pembiayaan saat ini tentu telah memperhitungkan kemampuannya untuk membayar angsuran tepat waktu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×