kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BRI sediakan Rp 24 triliun untuk mendanai BUMN


Senin, 11 Maret 2013 / 10:35 WIB
BRI sediakan Rp 24 triliun untuk mendanai BUMN
ILUSTRASI. Apa Itu Physical Exfoliation & Chemical Exfoliation? Cari Perbedaannya di Sini


Reporter: Roy Franedya |

JAKARTA. Korporasi berstatus badan usaha milik negara (BUMN) menjadi incaran utama perbankan untuk dibiayai. Maklum, kebutuhan belanja modal tahunan perusahaan pelat merah terus meningkat sejalan dengan pengerjaan proyek-proyek pemerintah. 

Bank Rakyat Indonesia (BRI) termasuk yang mengincar BUMN. Bank spesialis UMKM ini menargetkan plafon kredit BUMN mencapai Rp 78 triliun. Angka ini naik 44,44% dari realisasi tahun lalu sebesar Rp 54 triliun. Jadi, sepanjang tahun ini, BRI menyalurkan dana Rp 24 triliun. 

Direktur Bisnis Kelembagaan dan BUMN BRI, Asmawi Syam, mengatakan sebagian besar kredit BUMN akan disalurkan untuk mendukung rencana pemerintah menggenjot infrastuktur. "Kredit tahun ini juga melanjutkan proyek-proyek infrastuktur yang kami tanda tangani tahun-tahun sebelumnya," ujarnya.

Dia mengungkapkan, hingga Februari lalu, kredit baru BUMN yang sudah dicairkan masih minim yaitu Rp 2 triliun. Penyebabnya, masih banyak BUMN yang belum menyelesaikan Rencana Kerja Anggaran dan Pengeluaran (RKAP) sehingga belum bisa melanjutkan pembangunan.

Asmawi menambahkan, kredit BUMN BRI tahun lalu banyak mengalir ke sektor energi, konstruksi dan transportasi. Nah, pencairan kredit yang terdekat adalah proyek jalan tol Bali yang mencapai Rp 1,75 triliun." Pipeline penyaluran terdekat dengan Angkasa Pura untuk infrastrukturnya dan Garuda untuk pengguna jaringannya dan Perum Damri," imbuhnya.

Kondisi berbeda dialami Bank Permata. Bank patungan Astra dan Standard Chartered ini hanya menargetkan pertumbuhan kredit korporasi tahun ini 25%. Padahal, tahun lalu, penyaluran kredit korporasi Permata mencapai Rp 40 triliun atau tumbuh 32%.

Direktur Wholesale Banking Bank Permata, Roy Arfandy mengatakan target tersebut merupakan target konservatif. Alasannya, ketidakjelasan penyelesaian ekonomi global dan masih berlanjutnya penurunan harga komoditas.

"Kami akan membiayai perusahaan yang kami anggap memiliki prospek bagus," ujarnya. Selain itu, akan memperkuat penyaluran kredit melalui sindikasi. Tahun ini, mereka mengincar empat perjanjian kredit sindikasi. Bank Permata juga sedang menjajaki penyaluran kredit sindikasi pada sektor manufaktur sebesar Rp 500 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×