Reporter: Yoliawan H | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate cukup agresif tahun ini. Tercatat sepanjang tahun 2018, BI telah menaikan bunga acuan sebanyak 125 bps menjadi 5,5%.
Tren kenaikan bunga ini menjadi angin segar tersendiri bagi bank syariah seperti PT Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk (BRIS). Maklum, BRIS bisa memanfaatkan momentum ini untuk melakukan take over kredit nasabah bank konvesional yang memang keberatan apabila bunga kredit meningkat.
Berbeda dengan bank konvensional yang akan melakukan penyesuaian saat suku bunga acuan naik, bank syariah memiliki konsep bagi hasil yang menyesuaikan nisbah jika pendapatan nasabah meningkat.
Indri Tri Handayani, Sekretaris Perusahaan BRIS mengatakan, untuk melakukan take over kredit, pihaknya akan tetap selektif dalam memilih bisnis yang akan diberikan pembiayaan. “Jadi pergerakan pun belum akan sebesar pertumbuhan bisnis yang non take over khususnya di pembiayaan infrastruktur dan turunannya,” ujar Indri kepada Kontan.co.id, Kamis (23/8).
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan pembiayaan dari take over akan terus tumbuh seiring naiknya tren suku bunga acuan. Saat ini pertumbuhan bisnis BRIS dari take over kredit masih kisaran di bawah 5%. BRIS optimistis akan bisa naik menjadi di atas 5%.
Hingga semester I 2018 lalu, BRIS telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp 20,95 triliun. Pembiayaan tersebut tumbuh 13,12% yoy jika dibandingkan periode sama tahun 2017 sebesar Rp 18,52 triliun.
Sampai akhir tahun 2018. BRIS yakin mampu menyalurkan dana sebesar Rp 22,68 triliun atau tumbuh 14%-15% secara tahunan atau year on year.
Pertumbuhan pembiayaan diiring dengan naiknya net operating margin (NOM) pada bulan Juli tahun 2018 sebesar 0,42%. Sedangkan di tahun lalu, NOM BRIS hanya sebesar 0,25%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News