kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BSM bisa menjadi induk bank syariah


Selasa, 07 April 2015 / 06:33 WIB
BSM bisa menjadi induk bank syariah
ILUSTRASI. Hingga kini, niatan Foxconn untuk bangun pabrik di Indonesia belum juga terealisasi. REUTERS/Tyrone Siu


Reporter: Issa Almawadi, Nina Dwiantika | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus menggodok rencana konsolidasi empat bank syariah milik bank pelat merah. Salah satu opsi yang disiapkan adalah menjadikan Bank Syariah Mandiri (BSM) sebagai pemeran utama alias induk bagi bank syariah milik bank BUMN lainnya.

Alasan menjadikan BSM sebagai holding, menurut Gatot Trihargo, Deputi Bidang Jasa Usaha Kementerian BUMN, lantaran anak usaha PT Bank Mandiri Tbk itu memiliki ekuitas terbesar ketimbang bank syariah lain. Namun, Kementerian BUMN masih menggodok konsep konsolidasi bank syariah ini. “Nanti akan kami umumkan satu bulan ke depan,” tutur Gatot, Senin (6/4).

Rini M. Soemarno, Menteri BUMN menegaskan, pihaknya ingin Indonesia memiliki perbankan syariah yang besar seperti negara lain. “Kami butuh perbankan syariah yang besar, jangan kecil-kecil seperti ini,” ujar Rini.

Sebagai catatan, hingga kini ada empat bank syariah, anak usaha Bank BUMN. Mereka adalah Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, serta Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah.

Data Bank Indonesia hingga Januari 2015 menunjukkan, BSM memiliki ekuitas senilai Rp 4,99 triliun. Sementara BNI Syariah dan BRI Syariah masing-masing mmemiliki ekuitas sebesar Rp 1,96 triliun dan Rp 1,73 triliun.

Perlu perbaikan kinerja

Meski digadang menjadi aktor penting dalam rencana konsolidasi, BSM masih memiliki sejumlah persoalan. Semisal, rasio pembiayaan bermasalah yang pada akhir 2014 naik menjadi 4,23% dari sebelumnya 2,29%.

Penurunan kualitas aktiva produktif itu mendorong BSM meningkatkan pencadangan, yang akhirnya menggerus laba bersih. Tahun lalu, laba bersih BSM anjlok 88,96% menjadi Rp 72 miliar dari sebelumnya Rp 652 miliar.

Kementerian BUMN tidak menutup mata terhadap kondisi ini. "Kami tentu ingin persoalan ini dibereskan terlebih dahulu," imbuh Gatot.

Terkait wacana itu, BSM menyerahkan keputusan kepada pemegang saham. "BSM sebagai anak perusahaan siap mendukung dan melaksanakan keputusan atau arahan dari Bank Mandiri dan pemerintah," ujar Agus Dwi Handaya, Direktur Keuangan BSM, Senin (6/4).

Sementara, Dinno Indiano, Direktur Utama BNI Syariah mengatakan, suntikan modal diperlukan agar bank syariah bisa bersaing dengan bank besar dan mampu menyalurkan kredit ke segmen korporasi, seperti infrastruktur dan konsumsi. "Pemerintah harus berkomitmen menyuntik modal untuk bank syariah," imbuh Dinno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×