kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ini cara BSM kurangi pembiayaan bermasalah


Minggu, 22 Maret 2015 / 15:56 WIB
Ini cara BSM kurangi pembiayaan bermasalah
ILUSTRASI. TAJUK - Sandy Baskoro


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Bank Syariah Mandiri (BSM) menargetkan penurunan pembiayaan bermasalah (nonperforming financing/NPF) gross hingga di bawah 6% pada akhir tahun ini. Untuk itu, BSM menargetkan penagihan terhadap pembiayaan bermasalah sebesar Rp 400 miliar pada tahun ini.

Menurut Agus Sudiarto, Direktur Utama BSM, pihaknya akan melakukan sejumlah terobosan di bidang pembiayaan. Mulai pembenahan proses bisnis, penguatan manajemen risiko, pengendalian internal, pengembangan bisnis, hingga pemulihan aset. "Kami sudah memetakan nasabah yang pembiayaannya bermasalah sekaligus mengelola nasabah yang kolektibilitas pembiayaannya berpotensi jatuh," kata Agus dalam keterangan resmi, Minggu (22/3).

BSM tahun ini menargetkan bisa menagih pembiayaan bermasalah sekitar Rp 400 miliar. Agus menegaskan bahwa BSM serius mengelola nasabah yang kolektibilitas pembiayaannya berpotensi turun.”
 
Manajemen BSM juga telah memetakan nasabah pembiayaan yang bermasalah menjadi empat kelompok. Pertama, nasabah yang cenderung turun karena teknikal, yakni arus kasnya (cashflow) tidak matching dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Kedua, nasabah yang telah direstrukturisasi. Ketiga, nasabah yang berpotensi masuk program restrukturisasi.

Keempat, nasabah yang cenderung jatuh dan sulit dipertahankan. "Dengan pemetaan tersebut, dipastikan strategi penanganan (account strategy) dapat dieksekusi dengan tepat dan efektif," ujar Agus.
 
Untuk memperbaiki kualitas pembiayaan, BSM terus membenahi proses bisnis di setiap tingkatan, mulai lini depan, lini tengah, hingga lini belakang. Artinya, BSM menginginkan proses di depan harus kuat dan benar. "Tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian, unit manajemen risiko yang berada di lini tengah bisa mempercepat proses pembiayaan. Lini belakang serius menagih pembiayaan bermasalah, baik yang on balanced maupun off balanced," jelas Agus.
 
Agus juga menyatakan bahwa semua unit di BSM akan bahu membahu untuk mengatasi NPF dan memerangi fraud. Saat ini, BSM memiliki tiga satuan tugas Financing Recovery Division  (FRD). Selama 2014, FRD I, FRD II, dan FRD III telah melakukan perbaikan NPF sebesar Rp 2,92 triliun atau rata-rata Rp 244 miliar perbulan.

Terhadap nasabah yang pembiayaannya sudah dihapusbukukan (write off), tingkat recovery pada 2014 sebesar Rp 233 miliar, meningkat Rp 90 miliar atau 63% dibandingkan 2013 sebesar Rp 143 miliar.
 
Untuk meningkatkan perbaikan kolektibilitas pembiayaan dan pemulihan write off, BSM membentuk “bad bank”sebagai unit sentralisasi penanganan NPF dan write off yang dijalankan Regional Representative Financing Recovery (R3).
 
Guna mempercepat perbaikan NPF,  BSM mengimplementasikan Gerakan Sikat 1 Triliun (Ges1t). Gerakan ini memiliki delapan program  penanganan NPF dan write off, antara lain monitoring sistem, daftar agunan lelang online di website, preapproval diskon margin, insentif program, weekend collection, dan lawyer in action.

Berdasarkan laporan keuangan BSM di akhir 2014, tingkat NPF anak usaha Bank Mandiri tersebut mengalami kenaikan. NPF Gross BSM meningkat dari 4,32% di akhir 2013 menjadi 6,84% di akhir 2014. Sementara NPF Net juga naik dari 2,29% di akhir 2013 menjadi 4,29% di akhir 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×