Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Penandatanganan heads of agreement antara Indonesia dan Malaysia terkait integrasi perbankan di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN Banking Integration Framework (ABIF), memunculkan ide kreatif industri perbankan. Salah satu bank yang akan memanfaatkan pelonggaran akses pasar dan fleksibilitas operasional perbankan di ASEAN ini adalah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN).
Manajemen emiten bank bersandi saham BBTN tersebut menyatakan akan memanfaatkan kerjasama bilateral Indonesia–Malaysia untuk menerbitkan sekuritisasi aset dengan pihak bank dari Malaysia, demi memperkuat bisnis BTN. "Kami sudah bisa melakukan sekuritisasi aset setiap tahun. Kemungkinan akan ada rencana sekuritisasi lagi sebesar Rp 3 triliun," kata Maryono, Direktur Utama BTN, Senin (5/1).
Sebelumnya, BTN menggelar sekuritisasi aset untuk menambah amunisi ekspansi kredit, khususnya kredit pemilikan rumah (KPR) berjangka waktu cukup panjang. Pada tahun ini, bank milik pemerintah yang fokus pada kredit properti itu menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 17%–18%.
Sementara, minimal target pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) ditargetkan sebesar 20%. "Tahun 2015, kami akan fokus pada pertumbuhan organik," ujar Maryono.
Selain itu, BTN juga memiliki niat tumbuh secara anorganik lewat rencana pembentukan perusahaan asuransi melalui skema perusahaan patungan alias joint venture.
Sekedar mengingatkan, setelah resmi merilis kontrak investasi kolektif-efek beragun aset (KIK EBA) yang ketujuh senilai Rp 1,5 triliun, BTN memang berniat mencari pendanaan lewat skema serupa di tahun 2015. BTN mengincar tambahan dana segar Rp 3 triliun.
Penerbitan KIK EBA dapat menjadi strategi BTN dalam mempertahankan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang ditargetkan berada di posisi 15%–16%. Itu pun dengan pertimbangan kondisi pasar yang menunjang.
Tahun ini, BTN menyatakan tetap akan fokus dalam pembiayaan perumahan dengan target pertumbuhan kredit sebanyak 17% hingga 18%. Untuk merealisasikan target itu, penerbitan KIK EBA bisa jadi alternatif pendanaan selain sumbangan dari DPK.
Selain untuk mempertahankan CAR, penerbitan KIK EBA oleh BTN juga diharapkan dapat menambah sumber pertumbuhan laba. BTN bisa mendapatkan pendapatan berbasis komisi dari penerbitan KIK EBA tersebut.
"Jadi, saat CAR bisa dipertahankan, kami juga bisa mendapat pendapatan komisi yang akan berkontribusi ke laba," imbuh Maryono, beberapa waktu lalu.
BTN memang berambisi tetap menjadi bank yang menguasai pangsa pasar KPR. Sekedar mengingatkan, per September 2014 pertumbuhan KPR non subsidi BTN mencapai 17%. Ke depan, BTN optimistis mampu mempertahankan pangsa pasarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News