Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi para pejuang Kredit Pemilikan Rumah (KPR) , harap sabar. Meski bunga acuan Bank Indonesia (BI) sudah mengalami penurunan, perbankan belum banyak melakukan penyesuaian bunga KPR terlebih untuk bunga floating.
Adapun jika melihat Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) bank-bank KBMI 4, untuk segmen KPR atau KPA masih ada di kisaran 9% hingga 12%, berdasarkan situs resmi masing-masing bank.
Adapun, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menjadi yang paling kecil dalam hal SBDK segmen KPR. Di mana, per 7 November 2024, SBDK mereka di level 9,13%, dengan margin keuntungan sekitar 1,96%.
Baca Juga: Kebijakan Uang Muka Kredit Kendaraan 0% Berlanjut Hingga Akhir 2025
Sementara itu, ada juga PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyusul dengan SBDK di level 9,45%. Menariknya, margin keuntungan dari segmen KPR milik BCA mencapai 4,65%, dan ini menjadi yang tertinggi dibandingkan bank KBMI 4 lainnya.
Selanjutnya, ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang memiliki SBDK untuk segmen KPR per 1 Oktober 2024 ada di level 10%. Dengan besaran tersebut, margin keuntungan yang didapat BRI mencapai 2,85%.
Terakhir, ada PT Bank Mandiri Tbk yang memiliki SBDK tertinggi di antara bank KBMI 4 lainnya untuk segmen KPR. Nilainya mencapai 12,5% dengan margin keuntungan sekitar 2,57%.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan Turun, Bank Digital Berpeluang Pangkas Bunga Simpanan dan Kredit
Direktur Ritel Banking BNI Corina Leyla Karnalies bilang saat ini pihaknya masih melakukan review atas penyesuaian bunga floating pasca pemangkasan suku bunga. Sebab, ia tak menampik pemangkasan suku bunga BI tentu akan mempengaruhi struktur biaya dana.
“Tentu juga mempertimbangkan faktor likuiditas di market yang masih cukup ketat dan komponen biaya lainnya, seperti risk premium, overhead cost,” ujar Corina.
Perlu diakui, memang ini tercermin dari margin keuntungan BNI. Di mana, margin mereka yang paling kecil di antara bank KBMI 4 lainnya, ditambah biaya overhead yang tinggi hingga 4%.
Meski demikian, ia menilai permintaan KPR di BNI tetap tercatat tumbuh. Di mana, jumlah nasabah yang mengajukan KPR BNI meningkat lebih dari 6% dibandingkan tahun sebelumnya.
“Dan ini mayoritas berasal dari pembelian properti baru di mitra pengembang BNI,” imbuh Corina.
Baca Juga: REI Optimistis Insentif PPN DTP 100% Akan Dongkrak KPR Perbankan
Sementara itu, Executive Vice President Consumer Loan BCA, Welly Yandoko bilang penurunan suku bunga beberapa saat lalu tidak serta merta akan langsung mendorong penurunan suku bunga pinjaman di KPR BCA. Sebab, ini melihat perkembangan bunga KPR di BCA.
Sebagai gambaran, ia menjelaskan perkembangan suku bunga floating KPR BCA tercatat stabil selama lebih dari 10 tahun di kisaran 11%. Padahal, terjadi fluktuasi BI Rate dari 3,5% ke 6,25%.
Namun, Welly tak memungkiri pihaknya tetap harus memperhitungkan besaran suku bunga tersebut dengan kondisi internal maupun kondisi eksternal, seperti kondisi suku bunga di industri KPR serta mempertimbangkan kondisi internal Bank seperti tingkat likuiditas, rasio CASA serta tingkat NPL.
“Harapannya kami dapat tetap memberikan suku bunga terbaik bagi masyarakat,” ujar Welly.
Sampai dengan kuartal III/2024, KPR BCA telah menyalurkan kredit sebesar Rp 130.4 triliun, dengan total realisasi kredit sepanjang tahun 2024 ini sebesar Rp 31.5 triliun.
Baca Juga: Bank Digital Berpeluang Pangkas Bunga Simpanan dan Kredit Pasca Penurunan Bunga Acuan
Ini ditambah adanya Pemindahan KPR dari bank lain yang pasti ada dan tidak dapat dihindari. Sampai saat ini, Welly bilang pengalihan KPR masih sangat rendah di kisaran 2-3% dari total realisasi kredit kami, namun, kata Welly, cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
“Melihat antusiasme yang cukup tinggi dari Nasabah yang mengalihkan KPR-nya ke BCA, membuktikan bahwa pricing KPR BCA sesuai dengan kebutuhan nasabah,” ujarnya.
Selanjutnya: Pendapatan dan Laba Paperocks Indonesia (PPRI) Kompak Naik di Kuartal III-2024
Menarik Dibaca: 30 Ucapan Milad Muhammadiyah ke 112 Tahun yang Diperingati Setiap 18 November
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News