Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski Bank Indonesia (BI) diproyeksikan bakal menurunkan suku bunga acuan di tahun ini, bunga kredit perbankan justru masih berpeluang naik. Di mana, itu merupakan efek dari kenaikan suku bunga acuan BI di sepanjang 2023.
Jika melihat data BI, per November 2023, hanya bank BUMN yang mengalami kenaikan bunga kredit menjadi 9,07% dari periode sama tahun lalu yang sekitar 7,95%. Sementara, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) justru mengalami penurunan dari periode sama tahun lalu di 10,60% menjadi 10,17%.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin berpendapat proyeksi bunga kredit saat ini trennya masih akan naik, meskipun tak bakal terlalu tinggi. Ini pengaruh dari kondisi global dan perpolitikan di Indonesia yang belum memiliki titik terang.
“Kenaikan bunga kredit itu akan cuma adjustment saja, untuk mengantisipasi kenaikan NPL” ujar Amin.
Baca Juga: Pemilu Jadi Sentimen Positif, Simak Saham Unggulan Analis pada 2024
Ia juga bilang kenaikan bunga kredit ini akan sangat tergantung dari tiap bank. Di mana, itu tergantung bagaimana cara mereka melihat persaingan bunga kredit dengan bank lain.
“Jika mereka merasa tidak bersaing, mungkin memutuskan untuk tidak menetapkan kenaikan bunga terlebih dahulu, tapi nanti pasti mereka struggle sendiri,” ujarnya.
Sementara itu, ia bilang bank juga akan melihat perlu tidaknya menaikkan suku bunga dengan melihat basis risiko dari sektor-sektor yang mendapat kredit. Ia mencontohkan sektor pertambangan.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan bilang bahwa sepanjang tahun lalu pihaknya telah menaikkan bunga kredit, terutama di sektor ritel dan UMKM. Tetapi, itu tak sejalan dengan kenaikan biaya dana sehingga margin bunga yang dimiliki tergerus.
Baca Juga: Inilah Daftar Saham yang Diprediksi Cuan Tahun 2024, Ada yang Blue Chip
“Jika BI menurunkan bunga acuan tahun ini, kami usahakan tidak naikkan bunga kredit,” ujar Lani.
Jika mengacu pada situs resminya, kredit ritel di CIMB Niaga memang memiliki Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) paling tinggi dibandingkan sektor lainnya. Di mana, SBDK untuk kredit ritel sebesar 8,75%.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya relatif belum melakukan penyesuaian tingkat suku bunga kredit di segmen ritel.
“Ini untuk mendukung para nasabah pasca pandemi sehingga dapat mengoptimalkan permintaan kredit,” ujarnya.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6%, Finatra Belum Berencana Naikkan Bunga Kredit
Di sisi lain, sejalan dengan pergerakan suku bunga BI dalam 18 bulan terakhir, Hera bilang BCA telah beberapa kali meningkatkan suku bunga deposito sejak kenaikan suku bunga BI tersebut.
Saat ini, SBDK BCA paling tinggi juga untuk sektor ritel. Bank milik Djarum Group tersebut menetapkan SBDK untuk sektor tersebut sebesar 8,10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News