Reporter: Christine Novita Nababan, Dea Chadiza Syafina, Issa Almawadi | Editor: Sanny Cicilia
Permintaan Presiden Joko Widodo agar perbankan mau menurunkan bunga kredit agaknya bersambut. Para bankir kini masih menghitung kemungkinan menggunting bunga kredit.
Bank Tabungan Negara (BTN) semisal. Meski bank spesialis kredit properti itu mengaku siap memangkas bunga kredit demi ikut mendongkrak ekonomi nasional. "Di BTN, yang potensial untuk turun, bunga kredit pemilikan rumah non subsidi," tandas Maryono, Direktur Utama BTN kepada KONTAN, Jumat (2/10).
Hanya saja, penurunan bunga kredit, kata Maryono, juga akan diikuti dengan penurunan bunga simpanan atau bunga dana. Dengan begitu, perolehan laba perusahaan tidak terganggu dengan pemangkasan bunga kredit. Cuma sayangnya, Maryono masih enggan menyebut besaran penurunan bunga kredit.
BTN saat ini sedang melakukan hitung-hitungan. "Segera mungkin akan kami turunkan bunga kredit. Saat ini sedang dihitung," imbuhnya.
Pada semester I 2015, BTN tercatat mampu menekan biaya dana dari level 7,28% menjadi 6,98%. Sementara suku bunga dasar kredit (SDBK) kredit pemilikan rumah BTN berdasarkan data Bank Indonesia periode Agustus 2015 tercatat sebesar 11,50%.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga mendukung permintaan pemerintah untuk memotong bunga kreditnya. Budi Satria, Sekretaris Perusahaan BRI bilang, permintaan agar bank menurunkan bunga kredit pada prinsipnya merupakan imbauan agar perbankan nasional beroperasi lebih efisien.
Menurut Budi, BRI dari waktu ke waktu terus berupaya untuk beroperasi secara lebih efisien. "Ini terlihat dari cost efficiency ratio BRI yang terjaga dengan baik," ujarnya. Adapun soal rencana penurunan bunga kredit, Budi bilang, BRI harus berhitung dulu besaran penurunan bunga kredit.
Roy A. Arfandy, Direktur Utama Bank Permata menambahkan, penetapan suku bunga kredit tergantung pada banyak faktor. "Misalnya risiko kredit. Suku bunga ditentukan berdasarkan risiko kredit nasabah," tandas Roy.
Pertimbangan lain yang juga harus diperhatikan bank adalah biaya dana atau cost of fund. Kata Roy, faktor ini tak boleh diabaikan. Jika bunga deposito tak turun, bank juga sulit pangkas bunga kredit.
Nah, agar penurunan bunga kredit bank tak sebatas wacana, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Nelson Tampubolon berjanji bahwa OJK akan membuat kajian mendalam atas penurunan suku bunga kredit ini.
OJK juga akan melakukan diskusi dengan bank-bank yang menjadi market leader dalam bunga kredit dan dana di perbankan nasional. OJK juga berjanji akan melakukan pendekatan secara persuasi terkait permintaan Presiden Joko Widodo untuk menurunkan suku bunga kredit.
"Setelah jelas kajiannya, kami akan melihat peluang untuk melakukan efisiensi yang berujung penurunan bunga kredit," jelas Nelson.
Kata Nelson, peluang penurunan suku bunga pinjaman tetap terbuka. Meski demikian, komponen terbesar dari bunga kredit adalah bunga dana pihak ketiga yang mengacu pada besaran tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate.
Nelson menegaskan, kunci utama penurunan bunga kredit bank ada di tangan BI. "Jika BI rate belum turun, bagaimana bank bisa menurunkan suku bunga simpanan?" ujar dia. Wah, nampaknya, bakal lama berharap bunga kredit layu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News