kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bunga tinggi menggerus laba bank


Senin, 20 Oktober 2014 / 08:43 WIB
Bunga tinggi menggerus laba bank
ILUSTRASI. Informasi jadwal KA Prameks Jogja-Kutoarjo, Senin-Minggu, Senin-Minggu, 8-14 Mei 2023?


Reporter: Adhitya Himawan, Issa Almawadi, Nina Dwiantika | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Para bankir tersenyum kecut. Pasalnya, menjelang tutup tahun 2014 ini, rapor kinerja perbankan tak kunjung membaik. Likuiditas ketat dan perlambatan kredit memangkas laba bank.

Pukulan paling telak menimpa laba bank swasta.  Coba lihat data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terbaru. Hingga Agustus 2014, laba bank swasta devisa susut 0,79%. Adapun, laba bank non-devisa anjlok 26,9% secara tahunan (year on year).

Secara umum, laba bank memang masih bisa tumbuh tipis dibandingkan tahun 2013. Per Agustus lalu, laba seluruh kelompok bank tumbuh 6,12% jadi Rp 75,07 triliun. Pencapaian itu tertolong oleh laba bank BUMN yang bisa tumbuh 13,9%..

Musim penurunan laba sudah dialami oleh Bank Danamon. Hingga kuartal III 2014, laba bank milik Temasek ini sebesar Rp 2,1 triliun atau anjlok 30% dibandingkan periode sama pada tahun lalu.  

Nada pesimistis juga diungkapkan oleh Taswin Zakaria, Presiden Direktur Bank Internasional Indonesia (BII). Ia mengatakan, bank yang dipimpinnya belum berhasil mencetak laba positif hingga akhir September 2014. Alasannya, BII harus menanggung beban operasional, selain bunga yang tinggi. “Laba tergerus akibat kami membentuk provisi,” kata Taswin, kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Sejatinya, BII belum merilis kinerja keuangan kuartal III 2014. Tapi, mengacu data OJK per Agustus 2014, laba BII anjlok 67% menjadi Rp 256,40 miliar dibandingkan 2013. 

Kondisi serupa menimpa Bank Permata. Roy A. Arfandy, Plt Direktur Utama Bank Permata, bilang, tingkat bunga simpanan tinggi menggerus laba. "Bunga simpanan naik tinggi, sementara bunga kredit tidak naik setinggi bunga simpanan," katanya.

Menurut Roy, bank BUMN lebih mampu mempertahankan marjin karena lebih mudah mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK). Nasib baik juga dialami Bank Central Asia (BCA). "Laba masih tumbuh positif karena size BCA sebesar bank persero," ujar Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA.

BUMN bisa tumbuh
Di sisi lain,  bank-bank BUMN lebih optimistis memandang tutup tahun 2014. Pahala N. Mansuri, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, mengaku pertumbuhan laba Bank Mandiri dua digit hingga akhir 2014. "Sejauh ini, laba Mandiri masih tumbuh double digit. DPK juga masih di atas pertumbuhan industri," imbuhnya.

Budi Satria, Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI), mengatakan, sudah mengantisipasi kekeringan likuiditas sejak tahun lalu sehingga menghindari perang bunga yang berpotensi menurunkan margin. Strategi lain, mempertahankan margin laba bersih atau net interest margin (NIM) segmen kredit mikro di atas 5%. 

Edwin Sebayang, Analis MNC Securites meramal, laba bank hanya tumbuh 6%-7,5% hingga akhir tahun ini. "Laba bank akan terus melambat tahun 2015 karena The Fed berpotensi menaikkan suku bunga acuan," tukasnya.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×