Reporter: Yuliani Maimuntarsih | Editor: Sanny Cicilia
Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya ditutup sambil menyisakan kewajiban mengembalikan duit nasabah. Kini para nasabah cemas uang mereka tak kembali. Sebagian dari mereka enggan percaya lagi dengan perusahaan asuransi.
Kantor pusat Bumi Asih Jaya di kawasan Matraman, Jakarta Timur pada Selasa (28/10) lalu ramai kedatangan nasabah. Hingga pukul 2 siang, masih saja banyak orang datang ke sana.
Tak selayaknya nasabah asuransi yang mempercayakan risiko keuangan, mereka sadar, uang mereka justru dalam risiko. Mereka datang, meminta pertanggungjawaban nasib uang mereka pada manajemen Bumi Asih.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membubarkan Bumi Asih pada 18 Oktober lalu. Perusahaan yang dipantau ketat regulator sejak tahun 2009 ini ditutup dengan alasan, pengelolaan keuangan perusahaan ini tak sehat dan kesalahan penempatan investasi.
Ade, pemegang polis Bumi Asih sejak tahun 1999 ikut mempertanyakan nasib polisnya yang bernilai puluhan juta rupiah. "Saya tidak tahu kalau terjadinya pembayaran seret tempo lalu itu mengisyaratkan pencabutan izin," kata wanita yang berprofesi sebagai agen perjalanan ini. Dia tak menduga, karena Bumi Asih dianggap sebagai asuransi besar, dengan kantor cabang tersebar di Indonesia.
Hari itu, dalam satu jam, Direktur Utama Bumi Asih, Agus Hartadi, mendengarkan tuntutan Ade dan sekitar 100 nasabah lain, termasuk dari luar kota. Namun, Ade mengaku kesal karena tidak ada kepastian. "Manajemen bilang, tunggu setelah mereka menjual aset yang dimiliki," kata Ade, menceritakan hasil pertemuan itu.
Sedangkan hati Artini gundah, karena kunjungannya ke BAJ yang sudah lima kali ini, tetap tak membuahkan hasil. "Saya dan suami mengikuti produk asuransi Tabungan Bertahap Eksekutif dengan pembayaran pertama sebesar US$ 5.000 dan juga US$ 5.500," ujar dia.
Dia mengaku, keuntungan investasi di Bumi kecil. Kendati begitu, sangat bermanfaat apabila mereka meninggal nanti. "Jatuh tempo asuransi saya tahun 2014 dan 2015. Tapi dengan izin dicabut seperti ini, saya takut uang tidak kembali," tuturnya.
Dia bilang, tak masalah jika Bumi Asih tak memberi keuntungan yang dijanjikan asalkan uangnya kembali utuh. Artini mencium kecurigaan ketika Bumi Asih telat membayar 20% keuntungan tahun 2012. Padahal, hasil investasi tahun 2006 dan 2009 yang masing-masing sebesar 10%, lancar dibayar. "Ini sih namanya sia-sia saja saya menabung. Jadi sulit percaya asuransi, benar atau tidak, saya takut tertipu lagi," kata dia.
Ridwan, yang menjadi nasabah sejak tahun 1999 mengaku tak tahu detail rencana manajemen. "Katanya, mereka akan menjual hotelnya di Palembang," kata Ridwan yang menagih polis bernilai puluhan juta rupiah.
Setelah pertemuan sarat akan tuntutan dan paparan rencana, Dirut Bumi Asih, Agus Hartadi bungkam ketika ditanya KONTAN. "Masih banyak yang harus dikerjakan. Saya tidak mau berkomentar apa-apa," tukasnya.
OJK mencatat, per Agustus 2013, ekuitas Bumi Asih minus Rp 570 miliar. Kewajiban total Rp 1 triliun, termasuk utang klaim Rp 85,6 miliar untuk 10.854 nasabah. Dalam sebulan, Bumi Asih harus mencari tim likuidator untuk melikuidasi aset dan membayar kewajiban.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News