kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

CNAF Sebut Faktor Ini Jadi Penyebab Industri Multifinance Tumbuh Makin Melambat


Minggu, 07 September 2025 / 19:39 WIB
CNAF Sebut Faktor Ini Jadi Penyebab Industri Multifinance Tumbuh Makin Melambat
ILUSTRASI. President Director PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman. CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) menilai ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan piutang pembiayaan melambat.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan piutang pembiayaan multifinance terus menunjukkan perlambatan sejak awal tahun ini. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terbaru per Juli 2025, piutang pembiayaan multifinance hanya tumbuh 1,79% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dengan nilai sebesar Rp 502,95 triliun.

Mengenai hal itu, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) menilai ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan piutang pembiayaan melambat. Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengatakan salah satunya turut disebabkan kondisi makro ekonomi yang tidak stabil.

"Ditambah, adanya penurunan daya beli masyarakat yang terus berlanjut sejak akhir 2024 hingga semester I-2025," ucapnya kepada Kontan, Jumat (5/9).

Alhasil, Ristiawan menerangkan perusahaan pembiayaan, termasuk CNAF, juga perlu mempersiapkan strategi mitigasi risiko untuk menghadapi kondisi tersebut agar kinerja tetap tumbuh. Dia bilang strateginya adalah lebih mengutamakan aspek prudential dengan melakukan pengetatan kredit. 

Baca Juga: Clipan Finance Ungkap Penyebab Pertumbuhan Pembiayaan Industri Makin Melambat

"Langkah tersebut masih dinilai cukup positif untuk menjaga kinerja perusahaan agar tetap tumbuh. Hal itu juga dinilai efektif dalam menjaga kinerja perusahaan di tengah ketidakpastian ekonomi," tuturnya.

Dengan pendekatan itu, Ristiawan mengatakan CNAF dapat mengurangi risiko kredit macet dan meningkatkan kualitas portofolio pembiayaan, sehingga mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

Di tengah kondisi yang menantang, sebenarnya OJK telah memberikan relaksasi aturan soal penyaluran pembiayaan modal kerja melalui fasilitas modal usaha hingga batas atas Rp 10 miliar. Adapun ketentuan itu tertuang dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 46 Tahun 2024.

Meski ada penyesuaian plafon atas pembiayaan modal kerja, Ristiawan bilang hal itu tak serta-merta turut mendongkrak kinerja pembiayaan. Dia menyebut kondisi makro ekonomi yang tidak stabil turut berdampak juga pada penyaluran pembiayaan fasilitas modal kerja. 

"Kondisi yang tidak stabil tersebut masih menjadi tantangan dalam menyalurkan pembiayaan modal kerja dikarenakan para pelaku usaha saat ini cenderung untuk menunda ekspansi bisnisnya," ujarnya.

Ristiawan berharap pada semester II-2025, kondisi ekonomi dapat segera pulih sehingga CNAF bisa maskimal untuk menyalurkan pembiayaan modal kerja.

Sampai Juli 2025, Ristiawan menerangkan CNAF mencatatkan total piutang pembiayaan sebesar Rp 11,28 triliun. Nilainya tumbuh sebesar 13% secara YoY. Namun, pertumbuhan per Juli 2025 terbilang melambat, jika dibandingkan per Juli 2024 yang mencapai 39% secara YoY.  

"Perlambatan itu menunjukkan bahwa CNAF juga menghadapi tantangan dalam mempertahankan laju pertumbuhan piutang pembiayaan," kata Ristiawan.

Sebagai informasi, data OJK mencatat piutang pembiayaan multifinance posisi Januari 2025, tumbuh sebesar 6,04% secara Year on Year (YoY) dengan nilai Rp 504,33 triliun. 

Angka pertumbuhannya melambat per Februari 2025 tercatat sebesar 5,92% YoY dengan nilai Rp 507,02 triliun. Selanjutnya, per Maret 2025 tercatat tumbuh 4,60% YoY dengan nilai Rp 510,97 triliun, kemudian tumbuh sebesar 3,67% YoY dengan nilai Rp 504,18 triliun per April 2025.

Setelah itu, hanya tumbuh 2,83% YoY per Mei 2025 dengan nilai Rp 504,58 triliun, lalu pertumbuhannya per Juni 2025 hanya sebesar 1,96% YoY dengan nilai Rp 501,83 triliun, selanjutnya pertumbuhan hanya mencapai 1,79% secara YoY dengan nilai sebesar Rp 502,95 triliun per Juli 2025 atau berada di titik terendah sepanjang tahun ini. 

Baca Juga: Penyaluran Pinjaman Pergadaian Syariah Mencapai Rp 18,2 Triliun per Juli 2025

Selanjutnya: PM Jepang Shigeru Ishiba Mengundurkan Diri Setelah Kalah Telak Dalam Pemilu

Menarik Dibaca: Biar Lebih Aman, Begini Cara Cermat Memilih Mobil Bekas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×