Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri dana pensiun melihat prospek investasi tahun ini masih konservatif. Pasalnya, sejumlah tantangan masih bisa menghadang di sisa tahun ini.
Direktur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi menilai, kinerja sejumlah instrumen investasi masih berpotensi tertekan di paruh kedua tahun ini. Diantaranya, pasar saham yang masih mungkin melanjutkan tren yang kurang menggembirakan.
Terlebih beberapa senimen dari luar negeri bisa turut berimbas ke dalam negeri. Misalnya saja, hubungan pasar terkait perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta kebijakan The Fed.
Namun, ia berharap tren imbal dari surat utang, baik itu obligasi pemerintah maupun korporasi bisa tetap terjaga di tahun ini. "Sementara untuk mencoba masuk ke instrumen lain sepertinya tidak akan terlalu besar karena masih mementingkan aspek keamanan investasi," katanya, baru-baru ini.
Sebelumnya, Wakil Ketua Perhimpunan DPLK Nur Hasan Kurniawan menilai, potensi perolehan imbal DPLK di tahun ini masih sulit diprediksi. Di sisi lain, para peserta DPLK mayoritas masih memasang pendekatan yang konservatif dalam memilih instrumen investasi.
Makanya, sekitar 59% dari total dana investasi DPLK yang mencapai Rp 77,4 triliun per April 2018 masih ditanamkan di keranjang deposito berjangka.
Sebagai informasi, sampai empat bulan pertama tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat return on investment (ROI) industri dapen berada di angka 2,57%. Jumlah tersebut meningkat dari April 2017 yang terparkir di angka 2,34%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News