CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.364.000   21.000   0,90%
  • USD/IDR 16.751   22,00   0,13%
  • IDX 8.477   70,01   0,83%
  • KOMPAS100 1.176   10,87   0,93%
  • LQ45 857   8,49   1,00%
  • ISSI 295   1,89   0,64%
  • IDX30 447   4,13   0,93%
  • IDXHIDIV20 518   4,10   0,80%
  • IDX80 132   1,25   0,95%
  • IDXV30 137   1,00   0,73%
  • IDXQ30 143   1,18   0,83%

Danamon cermati pembiayaan eksportir karena likuiditas valas


Rabu, 26 Oktober 2011 / 16:41 WIB
Danamon cermati pembiayaan eksportir karena likuiditas valas
ILUSTRASI. Harga mobil bekas Wuling Confero termurah Rp 90 jutaan dapat tahun muda


Reporter: Astri Kharina Bangun |

JAKARTA. PT Bank Danamon Tbk (BDMN) masih optimistis terhadap ketahanan ekonomi Indonesia di tengah melemahnya perekonomian global saat ini akibat krisis utang di Eropa. Fundamental ekonomi dan tingginya konsumsi domestik masih menjadi penopang Indonesia terhadap ancaman krisis.

"Indonesia tidak akan terkena dampak krisis Eropa secara langsung kecuali krisis sudah merembet ke China dan India," ujar Direktur Utama Bank Danamon Henry Ho, Selasa (25/10).

Kendati menilai dampak krisis ekonomi dunia terhadap Indonesia belum akan terlihat dalam tiga bulan ke depan, bukan berarti Bank Danamon tenang-tenang saja. Direktur Keuangan Bank Danamon Vera Eve Lim mengungkapkan bank yang memiliki kode saham BDMN ini akan lebih mewaspadai likuiditas valuta asing (valas).

"Khususnya menyangkut pembiayaan kepada eksportir komoditas," ujar Vera. Hal ini cukup beralasan mengingat ekspor barang-barang komoditas Indonesia ke China dan India cukup besar. Salah satunya adalah batubara.

Saat ini, Bank Danamon mengklaim likuiditas bank masih aman. Apalagi bulan lalu Bank Danamon telah merampungkan right issue senilai Rp 5 triliun. Penyaluran kredit juga masih didominasi mata uang rupiah.

"Eksposur kredit bermata uang asing berada pada tingkat minimal, yaitu 8% dari total aset," ungkap Vera.

Per September 2011 total aset Bank Danamon sebesar Rp 136,073 triliun. Jumlah ini tumbuh 29% dibandingkan posisi September 2010 sebesar Rp 105,221 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×