Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyebut tiga faktor utama yang menghalangi akses dunia usaha terhadap kredit perbankan. Ketiganya adalah, tingginya suku bunga kredit, rumitnya persyaratan kredit, dan ketersediaan kredit.
Hal tersebut terkuak dari survei yang dilakukan Bank Indonesia. Darmin menilai dari hasil tersebut perlu peninjauan ulang mengenai seperti apa seharusnya peran perbankan ditempatkan dalam industri perbankan.
"Masyarakat mendambakan perbankan yang tidak saja sehat dan kuat, tapi juga berperan secara efektif dan efisien dalam pembiayaan perekonomian," kata Darmin dalam pidatonya pada Bankers Dinner, Jumat (9/12).
Ia memaparkan dalam survei yang dilakukan tahun 2009 mengenai pembiayaan perusahaan, ditemukan fakta pembiayaan perbankan untuk kebutuhan modal kerja dan investasi perusahaan hanya mengambil porsi masing-masing 25% dan 21%. Sementara itu, dana internal perusahaan yang terpakai untuk modal
kerja dan investasi masing-masing sebesar 48% dan 61%. Sisanya, perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari obligasi korporasi dan utang dagang.
"Dengan kata lain, tingginya aset industri perbankan kita tidak diikuti secara seimbang dengan peningkatan kontribusinya bagi perekonomian," ujar Darmin.
Secara keseluruhan, rasio total aset industri perbankan terhadap PDB yang mencapai 47,21% per September 2011 belum diikuti dengan rasio penyaluran kredit yang memadai. Hingga September 2011 rasio penyaluran kredit terhadap PDB hanya 29%.
Ia membandingkan dengan rasio kredit terhadap PDB di negara-negara sekawasan. Malaysia sebesar 114%, Thailand sebesar 117%, dan China 131%.
"Fakta ini menggambarkan demikian strategisnya perbankan di negara itu dalam menentukan denyut nadi perekonomian. Meskipun pertumbuhan kreditnya lebih rendah dari Indonesia," tutur Darmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News