Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Uji Agung Santosa
Membanjirnya dana asing dan semakin besarnya ekses likuiditas di sistem keuangan domestik sudah membuat ongkos pengelolaan moneter melonjak. Walhasil, neraca bank sentral tahun ini diperkirakan bakal mencatat rekor tinggi yakni mencapai Rp 22,41 triliun. Nah, bagaimana dengan proyeksi defisit tahun 2011 dengan perkiraan bahwa aliran modal asing alias capital inflow masih akan terus membanjir?
Deputi Gubernur Bank Indonesia Ardhayadi Mitroatmodjo menuturkan, besarnya ongkos moneter tahun 2011 berikut perkiraan defisit neraca BI tahun depan akan banyak dipengaruhi oleh dinamika global.
"Tahun depan tergantung dari dinamika nilai tukar, arah dari masing-masing negara. Namun, yang menggembirakan, hasil pertemuan G20 Korea pekan lalu kan relatif ada komitmen, ada saling pengertian untuk mencoba menyelesaikan global imbalances (ketidakseimbangan global)," katanya usai mengikuti rapat Badan Anggaran di DPR, Senin malam (25/10).
Tahun 2010, proyeksi defisit neraca BI sebesar Rp 22,41 triliun, melonjak berkali lipat dari tahun 2009 yang mencatat defisit sebesar Rp 1 triliun. Naiknya nilai defisit anggaran kebijakan moneter menjadi penyebab utama pembengkakan defisit neraca BI. Seiring semakin derasnya capital inflow tahun depan berikut ekses likuiditas yang diperkirakan semakin membengkak, besar kemungkinan ongkos moneter yang harus ditanggung oleh BI bakal semakin besar.
Informasi saja, sebentar lagi anggaran tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2011 akan mulai dibahas di DPR. Mekanismenya, bank sentral akan mengajukan rancangan ATBI untuk dibahas dan mendapat persetujuan dari DPR.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News