Reporter: Steffi Indrajana, Andri Indradie | Editor: Test Test
JAKARTA. Upaya Bank Indonesia (BI) memagari arus dana asing dengan menawarkan term deposit bertenor tiga, enam, sembilan dan 12 bulan, menuai tanggapan beragam dari para bankir.
Para bankir berkepentingan karena kebijakan ini juga bakal berdampak ke pengelolaan ekses likuiditas mereka. Maklum, jika jadi menjajakan term deposit, BI juga akan mengurangi penyerapan likuiditas lewat Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Menurut Saut Pardede, Direktur Tresuri Bank Tabungan Negara (BTN), BI ingin menerbitkan term deposit tersebut, hanya untuk memperkaya instrumen saja. Bank yang punya likuditas berlebih jadi memiliki alternatif pengelolaan dana. Terutama untuk mengelola dana kredit yang belum ditarik nasabah.
Bagi Saut, instrumen ini menguntungkan BI dan bank. Lewat term deposit dengan berbagai tenor ini, BI memiliki alat pengendalian moneter yang lebih bervariasi. “Buat bank juga bagus karena dana-dana likuid yang rencananya disalurkan menjadi kredit namun belum ditarik bisa ditempatkan pada term deposit dan memberi yield tinggi,” katanya, Rabu (20/10).
Namun menurut VP Global Market BNI, Gatoet Gembiro N, bank mungkin akan berpikir dua kali sebelum memarkir dananya ke term deposit bertenor panjang.
Sebab, instrumen ini tidak bisa ditarik sewaktu-waktu dan tidak bisa mereka jual di pasar sekunder. Jadi kalau bank butuh dana cepat dalam jangka pendek, mereka akan kesulitan.
Mereka mau saja menaruh memarkir dana selama enam atau sembilan bulan, asal di tengah jalan, kalau bank butuh likuiditas cepat bisa ditarik. "Kalau sampai tidak bisa dijual, kami mending cari alternatif lain,” katanya.
Jika BI jadi menerbitkan term deposit seraya mengurangi penyerapan lewat Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Gatoet memprediksi, banyak bank akan menyalurkan ekses likuiditasnya ke interbank atau membeli Surat Utang Negara (SUN). “Kalau SUN kan setiap saat kami bisa lepas, walaupun ada risiko untung rugi,” katanya.
Namun bank tetap akan masuk ke surat berharga BI selama instrumen tersebut likuid. "Bank selalu memburu instrumen yang likuid karena jika sekali saja tidak bisa memenuhi kewajiban, maka image-nya sudah seperti gagal bayar," kata Gatoet.
Ekonom BCA David Sumual menambahkan, jika dilihat dari sisi ekonomi, term deposit lebih bisa menjaga kestabilan rupiah ketimbang SBI. “SBI kan mudah untuk dijual-jual ke pihak mana saja dan dananya bisa keluar sewaktu-waktu jadi bisa mengganggu kestabilan rupiah,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News