Reporter: Christine Novita Nababan |
JAKARTA. Demi mengejar target pertumbuhan aset di atas 30% tahun ini, sejumlah bank syariah menyiapkan belanja modal untuk memperluas jaringan. BNI Syariah, misalnya, sudah mengalokasikan dana hingga di atas Rp 100 miliar.
BNI Syariah akan melipatgandakan jumlah kantor cabang dari posisi tahun lalu sebanyak 99 unit. Antara lain kantor cabang, cabang pembantu, hingga gerai. "Kami berharap memiliki kantor sebanyak 200 unit pada akhir tahun 2012," kata Bambang Widjanarko, Direktur Bisnis BNI Syariah, pekan lalu.
Untuk pengadaan satu kantor cabang, anak usaha Bank BNI ini menghabiskan dana antara Rp 4 miliar sampai Rp 5 miliar. Sementara kebutuhan pembukaan kantor cabang pembantu sekitar Rp 2 miliar – Rp 2,5 miliar. Sedangkan pembukaan gerai tidak akan lebih dari Rp 1 miliar. Ini sudah termasuk biaya pengadaan pegawai. Secara total, nilai investasi diperkirakan sedikitnya Rp 100 miliar.
Separuh jumlah kantor baru itu akan berlokasi di Jawa. Sedangkan sisanya tersebar di luar Jawa terutama Sumatra dan Sulawesi. "Berhubung kami terbilang baru sebagai perseroan, fokus saat ini masih memperkuat investasi, seperti perluasan jaringan pasar," terang Bambang.
BNI Syariah memisahkan diri sebagai unit usaha atau spin off pada pertengahan 2010 lalu. Rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) BNI Syariah nongkrong di level 25%.
BNI Syariah menargetkan pembiayaan tumbuh sebesar 40%-50% pada tahun ini. Pembiayaan perumahan iB Hasanah dan kartu pembiayaan Hasanah Card bakal menjadi tumpuan.
Di 2012, BNI Syariah bakal menggenjot pembiayaan rumah sebesar 40% dari realisasi tahun 2011 sebesar Rp 5,31 triliun. Sementara jumlah kartu Hasanah Card ditargetkan mencapai 150.000. Melihat tingginya target, tak heran jika bank ini membutuhkan banyak tambahan kantor baru
Bank Muamalat Indonesia juga tak mau kalah. Awal 2012 lalu, bank syariah paling senior di Indonesia baru saja mengoperasikan 10 kantor baru di Sumatera Bagian Selatan. Manajemen menghabiskan biaya Rp 10 miliar untuk perluasan jaringan tersebut.
Direktur Utama Bank Muamalat, Arviyan Arifin menjelaskan, Sumbagsel merupakan pasar terpenting setelah Jawa. Dari sisi penghimpunan dana, sepanjang tahun lalu wilayah ini menyumbang 10% dari total dana pihak ketiga (DPK).
Hingga akhir 2012, Muamalat mengincar kenaikan kontribusi menjadi 15% atau Rp 2,8 triliun. Sedangkan jumlah nasabah di wilayah ini ditargetkan meningkat 35% menjadi 270.000 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News