kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,04   5,71   0.63%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Di tengah pandemi, konsolidasi industri keuangan kembali semarak


Kamis, 26 November 2020 / 21:30 WIB
Di tengah pandemi, konsolidasi industri keuangan kembali semarak
ILUSTRASI. Logo BCA. REUTERS/Willy Kurniawan


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski berada dalam kondisi pandemi, konsolidasi di sektor keuangan kini kembali semarak. Tuntutan regulasi dan efisiensi bisnis jadi alasannya.

PT Mega Corpora, perusahaan milik taipan Chairul Tajung sejak awal kuartal III-2020 lalu misalnya getol berekspansi di sektor keuangan.  Mega Corpora berencana mengakuisisi PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI), menjadi pemegang saham di PT Bank Pembangunan Daerah Bengkulu, serta menambah porsi kepemilikan sahamnya di PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah, dan PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara dan Gorontalo (Sulut Go). 

Bank Harda dan Bank Bengkulu kini memang tengah butuh investor anyar buat memenuhi ketentuan modal minimum Rp 1 triliun akhir tahun kelak.  Mega Corpora bakal ambil 73,71% saham Bank Harda dari PT Hakimputra Perkasa. Direktur Bank Harda Yohanes Simon sebelumnya bilang kepada KONTAN, transaksi kini tengah menunggu restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Baca Juga: Sah, Hedy Lapian diangkat jadi Komisaris Independen Bank Danamon

Sementara Selasa (26/11) kemarin, RUPSLB Bank Bengkulu Mega Corpora untuk ambil 26% saham baru perseroan yang akan diterbitkan. “Untuk tahap awal penyetoran akan di setor Rp 100 miliar dulu untuk pemenuhan target dari regulator minimal modal inti Rp 1 triliun pada akhir tahun 2020," ungkap Pemimpin Divisi Corporate Secretary Bank Bengkulu Fanny Irfansyah kepada KONTAN. 

Seluruh aksi korporasi Mega Corpora di sektor perbankan juga kelak bakal dikonsolidasikan dengan PT Bank Mega Tbk (MEGA) yang akan memimpin kelompok usaha bank (KUB) Mega Corpora. Kini KUB Bank Mega baru beranggotakan PT Bank Mega Syariah. 

Tuntutan regulasi permodalan perbankan memang jadi salah satu alasan sejumlah perusahaan besar di tanah air kini melakukan konsolidasi di sektor keuangan. Apalagi di penghujung tahun yang makin dekat dengan tenggat, sehingga valuasi perusahaan yang diakuisisi bisa ditekan. 

“Mega Corpora lebih memiliki bargaining power, di tengah tuntutan soal pemenuhan modal minimum, kalau valuasi menarik bisa untuk konsolidasi,” ungkap Kepala Riset Samuel Sekurittas Suria Dharma kepada KONTAN, Kamis (26/11).

Meskipun soal regulasi tak jadi satu-satunya alasan menurut Suria, efisiensi bisnis di masa pandemi kini juga bisa jadi dorongan. Penetrasi Mega Corpora terhadap bank daerah juga disebut Suria jadi dinergi yang tepat buat memperluas jaringan dan bersinergi Bank Mega. 

Baca Juga: Tahun depan, Bank Ina bakal fokus garap ekosistem Grup Salim

Adapula aksi PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang mengakuisisi mengakuisisi 49,99% saham PT Astra Aviva Life yang dimiliki Aviva International Limited Holdings. Pascaaksi, Astra kini sepenuhnya menguasai Astra Aviva. 

“Penjualan kendaraan kan lagi lesu, mungkin ini jadi strategi Astra untuk menopang bisnis grupnya. Apalagi mereka punya dana dari penjualan Bank Permata tahun lalu,” sambung Suria.

Efisiensi sekaligus ekspansi bisnis sebagai pendorong konsolidasi juga dilakukan oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang tahun lalu memborong dua bank yakni PT Bank Royal Indonesia, dan PT Bank Rabobank Indonesia. Bank Royal kini telah disiapkan BCA untuk bertransformasi sebagai PT Bank Digital BCA, sementara Rabobank digabung dengan PT Bank BCA Syariah.

Akuisisi disebut Surian pun jadi salah satu strategi untuk memperbesar aset perusahaan paling cepat. Namun hal tersebut pasti akan disesuaikan dengan strategi maupun rencana bisnis perusahaan.

“Akuisisi Bank Royal memang tepat dengan rencana menjadi bank digital, karena BCA ukurannya sudah besar, kalau mereka yang jadi bank digital tak akan fleksibel,” lanjut Suria.

Terutama di industri perbankan, aksi konsolidasi sejatinya pun tak bikin kantong perusahaan induk jebol. Terkait ketentuan modal yang bakal ditingkatkan bertahap menjadi Rp 2 triliun tahun depan dan Rp 3 triliun pada 2022 tak diwajibkan bagi para anggota KUB.

Baca Juga: Pinjaman fintech lending mayoritas mengalir ke sektor UMKM

Haya induk bank yang perlu memenuhi ketentuan tersebut. Ketentuan ini bakal berlaku Bank Harda, Bank Sulteng misalnya yang berniat bergabung dalam KUB Mega Corpora.

Pun dengan Bank Digital BCA kelak.  “Sebagai bagian dari KUB BUKU 4, entitas anak BCA dimungkinkan untuk tidak memenuhi modal inti Rp 3 triliun pada 2022. Karena BCA Grup memiliki manajemen risiko yang terintegrasi. BCA Syariah, Bank Digital BCA merupakan bagian KUB BCA,” ungkap EVP Secretariat and Corporate Communication BCA Hera Haryn kepada KONTAN. 

Ia juga mengaku ke depan BCA juga belum berencana kembali melakukan aksi tambah modal buat para entitas anaknya dalam waktu dekat. Bank Digital BCA, dan BCA Syariah tahun lalu telah menerima tambahan modal masing-masing Rp 1 triliun. 

Selanjutnya: Tahun ini, SMF fokus dukung program PEN di sektor perumahan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×