Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
"Landasan tersebut seiring dengan misi kami memberikan layanan perbankan hingga ke seluruh penjuru negeri. Strategi BRI adalah go smaller, go shorter and go faster untuk menjadi The Most Valuable Banking group in Southeast Asia & Champian of Financial Inclusion,” katanya.
Baca Juga: Resmi! Subsidi Bunga KUR sebesar 3% Berlanjut pada 2022
Langkah strategis BRI itu pun menuai hasil positif. Tingkat inklusi layanan perbankan digital BRI bertumbuh lebih dari 100% sepanjang 2021. Pertumbuhan volume penggunaan mobile apps atau super apps BRI juga naik kurang lebih 600%.
Indra optimistis, keberhasilan tersebut akan terulang pada 2022. Keberhasilan transformasi digital melalui strategi hybrid bank tak terlepas dari rencana matang BRI yang telah dijalankan jauh sebelum era disrupsi akibat pandemi.
Direktur Utama BRI Sunarso yang menginisiasi inisiatif transformasi besar tersebut di 2 area, yakni di area digital dan culture yang dimulai pada 2016, kini telah menunjukkan hasil positif.
Saat itu, Sunarso mandapat amanat mengambil langkah strategis tersebut. BRI pun mulai menyusun blueprint transformasi dengan visi besar BRIvolution 1.0 dan berubah menjadi menjadi BRIvolution 2.0 karena tantangan bisnis di masa pandemi.
Sebelum memasuki masa pandemi, gagasan BRIvolution telah mendorong digitalisasi proses kredit, terutama di segmen mikro. Loan approval system (LAS) digantikan dengan BRISPOT sehingga mengurangi kontak langsung antara insan BRILian atau pekerja BRI dengan nasabah. Penerapan BRIvolution juga berhasil menekan penggunaan dokumen kertas.
Pandemi membuat seluruh pertumbuhan kredit di industri perbankan menurun. Namun, kredit UMKM BRI justru tumbuh 12,5% sebagai hasil transformasi yang disokong oleh kegigihan insan BRILian.
Hasil transformasi BRI lainnya adalah pertumbuhan aset secara konsolidasian yang naik hingga 11,87% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp1.619 triliun pada kuartal III-2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News