Reporter: Issa Almawadi |
JAKARTA. Bank DKI mendapatkan suntikan modal dari pemerintah provinsi. Kali ini, Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) menyelipkan modal Rp 450 miliar.
Dengan realisasi itu, Bank DKI tinggal menunggu suntikan modal lagi sekitar Rp 900 miliar. "Dari awal, kan, sudah dijanjikan Rp 1,35 triliun. Kami sudah menerima Rp 450 miliar belum lama ini," kata Eko Budiwiyono, Direktur Utama Bank DKI.
Tambahan dana ini mengerek modal disetor Bank DKI menjadi Rp 1,568 triliun. "Dari Oktober tahun lalu hingga sekarang, sudah nambah Rp 950 miliar," tuturnya.
Ekopun semakin yakin dengan peningkatan kelas, seperti yang diatur dalam beleid kegiatan usaha bank menurut Bank Indonesia (BI). Saat ini, Bank DKI telah masuk ke kategori BUKU 2, atau bank dengan modal inti Rp 1 triliun sampai dengan kurang dari Rp 5 triliun. "Sekarang sudah BUKU 2. Akan menuju BUKU 3, paling lambat 2015 mendatang," kata Eko.
Meski pemprov menjanjikan tambahan hingga Rp 950 miliar, Eko tetap tidak menutup kemungkinan mencari pendanaan dari pasar modal dengan pelepasan saham perdana (initial public offering/IPO). Eko mengklaim, IPO masih menjadi pertimbangan Jokowi.
Eko melanjutkan, IPO tidak hanya untuk menambah modal saja, juga untuk meningkatkan tata kelola. "Kalau hanya ingin tambah modal, Jokowi kan siap menyuntikan lagi. IPO tidak sekadar menambah modal, tapi juga menerapkan good corporate governance (GCG)," ucapnya.
Tahun ini, selain peningkatan modal, Bank DKI juga gencar melakukan ekspansi. Belum lama ini, Bank DKI telah memasuki wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, dan juga berencana memperluas jaringan hingga wilayah Sumatera Selatan, Sulawesi dan Riau. "Intinya kami ingin jumlah aset kami meningkat. Tahun ini diharapkan bisa mencapai Rp 33 triliun, dari akhir tahun lalu sebesar Rp 26,6 triliun," ucap Eko.
Menyoal investasi untuk ekspansi jaringan, Eko enggan menyebutkan secara detail. Ia hanya bilang, pembukaan kantor di daerah dengan cara menyewa ruang, bukan membeli tanah. Jadi, dia bilang, nilai investasinya tidak besar.
Martono Soeprapto, Direktur Operasional Bank DKI, juga mengatakan hal yang sama. Ekspansi Jaringan berpeluang mengerek rasio net interest margin (NIM).
Catatan saja, hingga tiga bulan pertama tahun ini, aset Bank DKI meningkat 12,13% menjadi Rp 24,54 triliun. Labanya tumbuh 33,44% menjadi Rp 211,56 miliar, sejalan dengan peningkatan kredit dan dana pihak ketiga, masing-masing 12,85% dan 16,28%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News