kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

DPK melandai, bank berburu dana anorganik


Selasa, 06 Agustus 2019 / 22:13 WIB
DPK melandai, bank berburu dana anorganik


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang masih landai di semester 1/2019 bikin bank mesti atur strategi untuk menghimpun dana. Di semester dua, perbankan mulai ambil langkah mencari dana anorganik.

Hingga akhir Juni 2019, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan DPK perbankan sebesar 7,42%, meningkat 43 bps dibandingkan pertumbuhan DPK pada Juni 2018 sebesar 6,99%.

Baca Juga: Bank swasta masih optimistis kredit konsumer bakal tumbuh

Sementara itu, tiga bank tercatat telah ambil ancang-ancang untuk menerbitkan surat utang. Mereka adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA, anggota indeks Kompas100), PT Bank Bukopin Tbk (BBKP, anggota indeks Kompas100), dan PT Bank Tabungan Negara (BBTN, anggota indeks Kompas100).

CIMB Niaga melalui unit usaha syariah malah sudah ambil start terlebih dahulu. Mulai 14 Agustus hingga 16 Agustus mendatang perseroan akan mulai menawarkan sukuk mudharabah senilai Rp 2 triliun.

“Seluruh dana dari penerbitan akan digunakan untuk ekspansi pembiayaan di CIMB Niaga Syariah,” kata Direktur Syariah CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara kepada Kontan.co.id, Selasa (6/8).

Baca Juga: Bank BNI targetkan kredit konsumer tumbuh 10% di tahun ini

Dari prospektusnya, Sukuk Mudharabah tahap II 2019 ini akan terbagi atas tiga seri. Seri A yang akan ditawarkan senilai Rp 635 miliar yang memiliki jangka waktu 370 hari. Seri ini akan memberikan pendapatan bagi hasil yang dihitung berdasarkan perkalian nisbah 17,75% dari indikasi bagi hasil ekuivalen 7,10%.

Kemudian Seri B yang akan ditawarkan sebesar Rp 936 miliar dengan jangka waktu tiga tahun. Seri ini akan memberikan pendapatan bagi hasil yang dihitung berdasarkan perkalian nisbah 19,75% dari indikasi bagi hasil ekuivalen 7,90%.

Terakhir Seri C yang ditawarkan senilai Rp 429 miliar dengan jangka waktu lima tahun. Seri ini akan memberikan pendapatan bagi hasil yang dihitung berdasarkan perkalian nisbah 20,63% dari indikasi bagi hasil ekuivalen 8,25%.

Baca Juga: Disebut manipulator mata uang, China intervensi pelemahan yuan

Sementara Pandji menambahkan penerbitan Sukuk ini merupakan bagian dari penawaran Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Bank CIMB Niaga dengan target penghimpunan dana hingga Rp 4 triliun. Sementara tahun lalu sukuk serupa juga telah diterbitkan senilai Rp 1 triliun.

“Sisa penerbitan Rp 1 triliun kami rencanakan untuk dirilis pada kuartal dua 2020,” lanjut Pandji.

Selanjutnya ada Bank Bukopin yang saat ini juga tengah memfinalisasi penerbitan Efek Beragun Aset (EBA). Hingga akhir tahun, perseroan menargetkan untuk menerbitkan EBA hingga Rp 2 triliun.

Ada dua skema yang akan digunakan pertama dengan mengandalkan portofolio personal loan sebagai underlying, dan kedua bekerjasama dengan PT Sarana Multigriya Finance (SMF) dengan underlying kredit pemilikan rumah (KPR).

Baca Juga: BI siap hadapi dampak potensial pelemahan yuan terhadap rupiah

“Untuk tahap pertama kami akan menerbitkan sekitar Rp 1 triliun. Saat ini sedang dalam proses pengajuan izin ke regulator,” Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Bukopin Muhammad Rachmat Kaimuddin kepada Kontan.co.id.

Sementara BTN saat ini juga tengah merampungkan proses penerbitan junior global bond yang ditargetkan bisa menghimpun dana hingga US$ 300 juta.

Sebelumnya Plt. Direktur Keuangan dan Tresuri BTN Nixon Napitupulu bilang penerbitan obligasi berdenominasi Dollar Amerika Serikat ini akan digunakan perseroan untuk menopang segmen bisnis Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Baca Juga: Saat pasar jatuh, perusahaan Warren Buffett pegang uang tunai setara Rp 1.744 triliun

Junior global bond bunganya pasti lebih tinggi dari yang senior. Ekspektasinya, kami bisa terbitkan sampai US$ 300 juta. Tapi nilai akhirnya masih akan menunggu arranger, sekiranya bisa diserap berapa oleh investor,” kata Nixon.

Ia sendiri optimistis minat investor bisa melebihi penawaran yang disediakan alias oversubscribed. Sebab Nixon menilai ekspansi pembiayaan perumahan biasanya disukai oleh investor asing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×