Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permasalahan likuiditas perbankan tak kunjung memiliki solusi. Alih-alih menunjukkan perbaikan, total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh perbankan justru konsisten menunjukkan pertumbuhan yang melambat.
Seperti diketahui, pertumbuhan DPK hanya mencatat sekitar 4,75% secara tahunan (YoY) per Maret 2025. Pertumbuhan tersebut lebih lambat jika dibandingkan dengan Maret 2024 yang mampu tumbuh 7,44% YoY, meskipun sedikit lebih tinggi dari posisi sepanjang tahun 2024 yang tumbuh 4,48% YoY.
Alhasil, kondisi tersebut turut mendorong rasio likuiditas yang tercermin dalam Loan to Deposit Ratio (LDR) konsisten ketat.
Posisi Maret 2025 menunjukkan rasio LDR perbankan berada di level 87,7%, sedikit lebih tinggi dari posisi akhir 2024 yang berada di level 88%.
Baca Juga: Ditopang Dana Murah, DPK Bank Besar Tumbuh Positif di Kuartal l-2025
Head of Macroeconomic & Financial Market Research Department Bank Mandiri Dian Ayu Yustina mengamini bahwa likuiditas perbankan memang masih ketat. Meskipun, pertumbuhannya lebih baik dibandingkan akhir tahun lalu, Dian memandang pertumbuhan itu sebenarnya relatif masih rendah.
Lebih lanjut, ia menyoroti adanya kecenderungan nasabah, utamanya dari kalangan rumah tangga, memindahkan asetnya ke instrumen lain. Dalam hal ini, ia melihat instrumen emas cukup jadi primadona sebagai tempat penyimpanan pendapatan rumah tangga.
Berdasarkan data olahan Office of Chief Economist Bank Mandiri, 32,9% pendapatan yang dapat digunakan rumah tangga ditempatkan pada instrumen emas per Maret 2025. Angka tersebut meningkat dari posisi Maret 2023 yang hanya sekitar 27,5%.
Memang, perbankan masih memiliki persentase yang tinggi per Maret 2025 sekitar 47,3%. Namun, catatan tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan pada posisi Maret 2023 yang berada di level 48,1% dari pendapatan yang dapat digunakan rumah tangga.
“Masyarakat cenderung banyak menempatkan household disposable income-nya terhadap penempatan emas. Karena memang saat ini emas dinilai sebagai alternative safe haven asset.,” ujar Dian, Senin (19/5).
Baca Juga: Terdorong Digitalisasi Transaksi, DPK BNI Tumbuh 6,5% pada Kuartal l-2025
Alhasil, Dian memproyeksikan bakal ada perubahan pola penempatan aset masyarakat beberapa waktu ke depan. Tergantung, apakah itu untuk tabungan, properti, atau alternatif aset-aset lainnya.
Untuk DPK sendiri, Diah melihat akan sangat terpengaruh dengan tentunya kondisi eksternal dan terutama terkait dinamika dari perang dagang.
Ia mencontohkan, beberapa minggu setelah pengumuman resiprokal tarif dari Presiden AS Donald Trump itu terjadi capital outflow yang tentunya juga berdampak negatif pada pertumbuhan DPK karena ada aliran arus dana keluar.
”Tapi sentimen semakin berangsur membaik. Jadi kita berharap ada capital inflow yang lebih meningkat masuk ke sistem perbankan domestik,” tambah Dian.
Meski demikian, Andre Simangunsong, Head of Mandiri Institute mengungkapkan, ada sedikit angin segar dari tabungan nasabah kelompok kelas bawah yang memperlihatkan ada perbaikan. Ia menyebutkan data terbaru per Mei 2025, tabungan kelompok kelas bawah mulai tumbuh.
Ia merujuk data Mandiri Spending Index yang mencatat tingkat tabungan kelompok bawah mengalami sedikit membaik menjadi 79,6 indeks poin, setelah menyentuh level terendah di April 2025. Ini berbeda dengan tingkat tabungan kelompok menengah dan atas mengalami penurunan.
Baca Juga: DPK Valas Perbankan per Maret 2025 Tumbuh Pasca Kebijakan DHE SDA Mulai Berlaku
Hanya saja, jika dibandingkan dengan posisi Mei 2024, tingkat tabungan kelompok bawah memang tercatat lebih tinggi. Pada periode tersebut, tingkat tabungan kelompok bawah berada di level 85,9%.
“Jadi ini bisa menjadi katalis positif bahwa masyarakat kita menunjukkan memiliki pendapatan yang lebih tinggi,” ujar Andre dalam kesempatan yang sama.
Selanjutnya: Begini Cara Beli Emas Antam Logam Mulia, Harga Emas Antam Hari Ini Rp 1.894.000
Menarik Dibaca: Poco X7 Pro Harga Mei 2025, Cek Perbandingan Fiturnya dengan Poco X7
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News