kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ekonomi lesu, bank tak mau pasang target pertumbuhan kredit terlalu tinggi


Selasa, 09 Juli 2019 / 19:55 WIB
Ekonomi lesu, bank tak mau pasang target pertumbuhan kredit terlalu tinggi


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati Bank Indonesia (BI) telah merelaksasi aturan giro wajib minimum (GWM) guna mendorong pertumbuhan kredit. Sejumlah bank justru memilih untuk melakukan revisi ke bawah ekspansi kredit di tahun 2019.

Salah satu penyebabnya tak lain proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2019 yang tidak setinggi tahun lalu. Merujuk artikel yang dimuat Kontan.co.id, Senin (8/7) lalu Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal II hanya di level 5,07%-5,1%, atau lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 5,27%.

Perry mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia akibat mulai terealisasinya dampak perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, terutama pada sejumlah ekspor komoditas maupun manufaktur.

Baca Juga: Likuiditas longgar, bank belum berminat memangkas special rate deposito

Meski masih ada sejumlah komoditas yang mencatat ekspor positif seperti batu bara dan kelapa sawit, Perry melihat ekspor lainnya cenderung lemah akibat turunnya permintaan barang-barang dari pasar global.

Salah satunya bank yang merevisi target kredit adalah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) dari 17% menjadi di kisaran 15%-16% di tahun 2019.

Direktur Utama BTN Maryono mengatakan perubahan target ini utamanya disebabkan turunnya permintaan kredit di sektor kredit pemilikan rumah (KPR) non subsidi yang menjadi salah satu penopang pertumbuhan perseroan. Namun, menurut perseroan penyaluran KPR bersubsidi masih terus tumbuh sesuai ekspektasi.

"Kita ada penurunan sedikit karena faktor likuiditas juga. Kalau dulu 17% ya sekarang 15%-16%," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR, Selasa (9/7).

Baca Juga: Bank Mandiri sebut NPL kartu kredit terjaga di 2%

Sebagai informasi saja, sampai dengan bulan Mei 2019 BTN masih membukukan pertumbuhan kredit sebesar 19,2% secara year on year (yoy) menjadi Rp 226,11 triliun.

Meski begitu, bank besar lainnya justru memilih untuk tidak merubah target tahun ini. Semisal, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang meramal kredit tetap tumbuh di kisaran 8%-9% tahun ini. "Kami tidak ada revisi (Rencana Bisnis Bank/RBB) tahun ini," singkat Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja.

Sebelumnya, Jahja mengatakan sejauh ini penyaluran kredit perseroan masih tumbuh di seluruh sektor secara merata. Setidaknya, per Mei 2019 kredit BCA sudah meningkat sebesar 14% yoy atau di atas target.

Serupa dengan BCA, Direktur Utama PT Bank CIMB Niaga Tigor M. Siahaan mengatakan pihaknya tidak berniat melakukan revisi kredit tahun ini. Tigor berpendapatan sampai akhir tahun kredit perseroan masih bisa tumbuh walau hanya satu digit. "Mirip-mirip dengan semester pertama. Tidak banyak berbeda, kami harapkan high single digit," kata Tigor.

Baca Juga: Bank BTN gandeng PP Properti gelar program promo KPR dan KPA bertajuk Great 5

Menurut perseroan, permintaan kredit diprediksi akan mulai naik pasca momentum Pemilihan Umum (Pemilu) selesai. Selain itu, menurut Tigor dengan adanya pelonggaran GWM, perbankan mendapat tambahan likuiditas cukup besar. CIMB Niaga menurut hitung-hitungan kasar setidaknya mendapatkan Rp 1 triliun tambahan likuiditas yang bisa disalurkan ke kredit.

Sekadar informasi, hingga bulan Mei 2019 CIMB Niaga baru mencatat pertumbuhan kredit sebesar 5,32% secara yoy menjadi Rp 188,03 triliun. Bank yang terafiliasi dengan Grup CIMB ini mengatakan ada peluang yang bisa diraih bank untuk memupuk laba selain dari kredit. Salah satunya melalui pasar modal yang saat ini dinilai cukup baik.

Catatan saja, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam keterangan resminya menyebut total kredit perbankan di bulan Mei 2019 tumbuh sebesar 11,05% yoy. Realisasi tersebut lebih baik jika dibandingkan periode Mei 2018 yang hanya tumbuh 10,26% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×