kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.042.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Fenomena Shrinking Middle Class, Simpanan di Bawah Rp 100 Juta Melambat


Kamis, 04 September 2025 / 05:19 WIB
Fenomena Shrinking Middle Class, Simpanan di Bawah Rp 100 Juta Melambat
ILUSTRASI. Kondisi kelas menengah bawah di Indonesia kian terjepit. Hal ini tercermin dari perlambatan pertumbuhan saldo simpanan segmen tersebut di perbankan. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Kondisi kelas menengah bawah di Indonesia kian terjepit. Hal ini tercermin dari perlambatan pertumbuhan saldo simpanan segmen tersebut di perbankan, yang menjadi sinyal pelemahan daya beli masyarakat.

Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), per Juli 2025, simpanan dengan nominal kurang dari atau sampai dengan Rp 100 juta hanya tumbuh 4,8% secara tahunan (YoY). Angka ini menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,9% dan posisi Desember 2024 yang tumbuh 5,1%.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, menyebut kelas menengah kini menjadi kelompok yang paling terjepit secara ekonomi. 

Sebab, lanjutnya, kelompok ini tidak memperoleh bantuan sosial seperti penduduk miskin, juga tidak menikmati insentif pajak sebagaimana korporasi atau investor.

Daya Beli Tergerus, Simpanan Kian Menyusut

Bhima menjelaskan, kondisi ini diperparah oleh menurunnya disposable income atau pendapatan yang dapat dibelanjakan. 

"Data juga menunjukkan bahwa disposable income itu terus mengalami penurunan yang artinya makin banyak uang itu untuk pembayaran pajak, pungutan, iuran setelah gaji. Jadi uang yang bisa dibelanjakan makin berkurang, mencari kerja terutama lapangan kerja di sektor formalnya juga semakin terbatas," jelas Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (3/9/2025).

Baca Juga: Layanan Digital Dikebut, Jumlah Kantor Cabang Bank Makin Menciut

Semakin besar proporsi gaji yang habis untuk membayar pajak, iuran, dan pungutan lainnya, membuat ruang konsumsi maupun menabung menjadi semakin sempit.

Fenomena ini, menurut Bhima, memicu apa yang disebut sebagai shrinking middle class, atau penyusutan jumlah kelompok kelas menengah di Indonesia.

Pemerintah Diminta Ambil Langkah Fiskal

Bhima menyarankan agar pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk memulihkan daya beli kelas menengah, di antaranya:

  • Menurunkan tarif PPN dari 11% menjadi 8% untuk barang konsumsi.
  • Menaikkan PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) menjadi Rp 7 juta per bulan.
  • Memperluas bantuan subsidi upah (BSU) bagi pekerja informal.
  • Meningkatkan regulasi dan perlindungan untuk pekerja gig economy.

"Karena dengan uang yang ditabung lebih meningkat itu menunjukkan bahwa kelas menengah punya dana darurat. Kelas menengah lebih siap jika terjadi guncangan ekonomi," katanya.

Baca Juga: Bank Nobu Perkuat Transformasi Bisnis Berkelanjutan, Ini Hasilnya

Bank: Nasabah Kini Lebih Selektif Menabung

Sementara itu, pihak perbankan juga mengakui adanya pergeseran perilaku nasabah. 

Head of Deposit Product Management PT Bank Mandiri Tbk, Mega Ekaputri Pujianto, mengatakan bahwa nasabah kelas menengah kini cenderung lebih selektif dalam menyimpan dana, dengan fokus pada likuiditas dan konsumsi rumah tangga.

"Ke depan, tren simpanan masyarakat menengah diperkirakan masih menghadapi tekanan, seiring tantangan pelemahan daya beli dan meningkatnya risiko ketidakpastian seperti PHK di beberapa sektor," ungkapnya.

Meski demikian, simpanan nasabah kelas menengah di Bank Mandiri hingga Mei 2025 masih tumbuh di atas 7% secara YoY. 

“Pertumbuhan segmen ini tidak setinggi periode sebelumnya, namun tetap menunjukkan ketahanan,” katanya.

Bank Mandiri optimistis minat menabung akan membaik seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang tetap positif, serta peningkatan literasi dan inklusi keuangan. Perseroan menargetkan pertumbuhan simpanan ritel, termasuk segmen menengah, dapat berada di kisaran 6% YoY hingga akhir tahun.

Tonton: BI Rate Turun, Bank Digital Mulai Sesuaikan Bunga Simpanan

Hal serupa disampaikan oleh Retail Funding Division Head Bank BTN, Frengky Rosadrian. Ia menyebut, pertumbuhan simpanan kelas menengah di BTN masih positif. Per Juni 2025, pertumbuhan dana tabungan segmen ini tercatat sebesar 1,98% secara YoY dan 6,65% secara year to date (YtD).

BTN akan terus mengoptimalkan akuisisi nasabah baru dan eksisting melalui kanal digital dan produk lintas segmen seperti platform Bale by BTN, serta mendorong diversifikasi produk untuk segmen perorangan.

"BTN masih optimis mencapai target pertumbuhan DPK khususnya di segmen perorangan melalui optimasilasi pengelolaan debitur baru dan eksisting, akuisisi nasabah khususnya engine Bale by BTN dan berfokus pada lintas segmen atas, menengah dan bawah termasuk payroll," tuturnya.

Selanjutnya: Cek Rekomendasi Teknikal Saham GOTO, BBCA, KLBF untuk Perdagangan Kamis (4/9)

Menarik Dibaca: Simak Ramalan 12 Zodiak Karier & Keuangan Hari Ini Kamis 4 September 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU

[X]
×