Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menyiapkan aturan baru terkait teknologi finansial pembiayaan (fintech lending), salah satu poinnya mengatur porsi pendanaan di luar Pulau Jawa hingga 25%.
Dalam rancangan regulasi baru itu, OJK menerapkan aturan agar porsi pendanaan di luar Pulau Jawa meningkat yakni menjadi 25% dalam tiga tahun secara bertahap. Pada tahun pertama 15%, kedua 20%, dan ketiga 25%.
Penyelenggara fintech peer to peer lending, PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia mengaku hingga saat ini, total penyaluran pembiayaan Akseleran di luar Pulau Jawa baru mencapai 6% dimana 4% diantaranya disalurkan di Kalimantan dengan total pembiayaan sebesar Rp 87,9 miliar.
Baca Juga: Gandeng Bank Permata, Amartha luncurkan PermataVirtual Account
"Meskipun demikian, pembiayaan Akseleran sebenarnya banyak digunakan untuk proyek-proyek di luar Pulau Jawa. Jadi yang menarik adalah penyaluran pembiayaan kami untuk luar Pulau Jawa sebenarnya jauh lebih besar jika melihat lokasi proyek yang didanai dibandingkan lokasi kantor debiturnya. Sedangkan total pembiayaan Akseleran secara kumulatif sudah menembus sebesar Rp 2,2 triliun," ungkap CEO & Co-Founder Akseleran, Ivan Tambunan kepada kontan.co.id, Senin (12/4).
Sementara itu, untuk pembiayaan produktif di luar Pulau Jawa, Akseleran menargetkan dapat memperluas di Kalimantan, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara. Menurut Ivan, di daerah-daerah tersebut, memiliki banyak proyek di sektor yang menjadi fokus pembiayaan Akseleran, antara lain konstruksi, kelistrikan, energi, oil & gas, dan pertambangan. "Ke depan, kami targetkan minimal bisa mencapai 25% dari total pembiayaan Akseleran," kata Ivan.
Untuk mencapai target tersebut, Akseleran memiliki beberapa strategi seperti memperbanyak vendor dan supplier di industri pertambangan, energi, konstruksi, kelistrikan, dan oil & gas. "Sehingga kami akan banyak main di sektor-sektor tersebut dengan melakukan kolaborasi kepada anchor corporate untuk di-refer dengan supplier dan vendornya di daerah-daerah," ujar Ivan.
Sementara itu, Dani Lihardja, Direktur Utama PT Pasar Dana Pinjaman(Danamas) mengaku, karena Danamas fokusnya ke produktif dan pedagang pulsa, jadi porsi di luar Pulau Jawa untuk pedagang pulsa saja sudah mencapai 40%. "Kalau dibanding dengan seluruh sektor produktif lebih kurang 3%. Hingga Maret 2021, total pembiayaan Danamas secara kumulatif sudah menembus sebesar Rp 3,1 miliar," kata Dani.
Baca Juga: Investree Syariah sudah salurkan pembiayaan Rp 266 miliar hingga Februari 2021
Sementara Modalku menyatakan, di Indonesia, Modalku memiliki area operasional mencakup Jadetabek, Bandung, dan Surabaya. Selain itu, Modalku juga telah menjangkau banyak lokasi di luar Jawa, termasuk Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
"Untuk menjangkau UMKM di luar wilayah operasional Modalku, kami bekerja sama dengan beberapa platform e-commerce atau platform digital lainnya seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, idsMED, Paper.id yang memungkinkan kami tetap bisa mendukung para penjual online ini di luar wilayah operasional kami," ungkap Reynold Wijaya, CEO dan Co-Founder Modalku.
Ia mengaku, Modalku terbuka untuk mendukung berbagai macam sektor industri. Sektor yang mendominasi portofolio pendanaan Modalku di luar Jawa cukup sama dengan di pulau Jawa yaitu sektor perdagangan baik itu besar maupun eceran. Selain itu, online seller juga masih sangat berpotensi mendapatkan pendanaan dari Modalku.
Menurutnya, tantangan yang dihadapi saat ini lebih ke edukasi mengenai manfaat P2P lending dalam mendukung pertumbuhan usaha, serta adaptasi teknologi menggunakan platform ini. Untuk itu, kami perlu terus menggalakan aktivitas edukasi di berbagai channel untuk menjangkau UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Fintech P2P Lending Terapkan Mitigasi Risiko Pinjaman di Luar Jawa
Untuk mencapai targetnya di tahun ini, Modalku menerapkan beberapa strategi seperti, melaksanakan kolaborasi dengan berbagai platform digital untuk menjangkau UMKM di luar pulau Jawa.
UMKM yang terdaftar menjadi merchant di platform tersebut tersebar di seluruh Indonesia dan sudah memiliki riwayat transaksi bisnisnya sehingga memudahkan Modalku dalam melakukan penilaian pengajuan pinjaman.
Selain itu, Modalku juga berkolaborasi dengan BPR untuk menjangkau UMKM yang berada di area operasional mereka. Sebelumnya Modalku sudah melakukan kerjasama dengan PT BPR Sukawati Pancakanti (BPR Kanti) yang beroperasi di Bali. Kami mempercayai BPR sebab mereka mengenal karakteristik dan kebutuhan dari masyarakat di daerah-daerah operasionalnya.
Selanjutnya: POJK soal manajemen risiko TI mengatur pengamanan data pribadi, ini kata P2P lending
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News