kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fintech Lending Tumbuh Positif, AFPI Dorong Literasi Keuangan dan Akses Pendanaan


Senin, 08 Mei 2023 / 07:05 WIB
Fintech Lending Tumbuh Positif, AFPI Dorong Literasi Keuangan dan Akses Pendanaan
ILUSTRASI. AFPI terus mendorong literasi keuangan dan akses pendanaan kepada masyarakat


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Taralite berkomitmen untuk mendorong literasi keuangan dan akses terhadap pendanaan produktif di Indonesia. Komitmen itu sebagai bentuk respons tren industri fintech lending yang tercatat tumbuh positif pada awal 2023.

Berdasarkan statistik yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sejak 2018 hingga Februari 2023, jumlah total penyaluran pendanaan telah mencapai Rp 564 triliun yang disalurkan 1 juta pemberi pinjaman kepada 106 juta penerima pinjaman, termasuk untuk pendanaan produktif.

Data OJK pada 3 April 2023 mencatat industri fintech lending telah membukukan profit sebesar Rp 98,25 miliar pada Februari 2023.

Terkait hal itu, Direktur Pengawasan Financial Technology OJK Tris Yulianta mengatakan potensi layanan pendanaan di Indonesia masih sangat besar.

Menurut dia, kehadiran layanan fintech lending atau Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) sudah menjadi mesin penggerak penyaluran dana pinjaman di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Rencana OJK Cabut Moratorium Perizinan Layanan Pinjol Masih Bergulir

Dia menyampaikan saat ini terdapat 102 penyelenggara fintech P2P lending yang terus bertumbuh dan dapat menjadi alternatif sumber pendanaan bagi masyarakat.

"Oleh karena itu, OJK terus mendorong P2P lending untuk meningkatkan porsi penyaluran pendanaan kepada sektor produktif," ucap dia, Jumat (5/5).

Meski tren industri fintech lending cenderung positif, Tris menerangkan hal tersebut belum berbanding lurus dengan tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

Salah satu tantangan yang dihadapi masyarakat di lapangan adalah rendahnya literasi finansial masyarakat serta akses terhadap pendanaan yang belum merata.

Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dikeluarkan oleh OJK akhir 2022 mencatat indeks literasi keuangan masyarakat baru mencapai 49,68%.

Melihat pertumbuhan fintech lending yang cukup menjanjikan awal tahun ini, Sekretaris Jenderal AFPI Sunu Widyatmoko mengatakan pihaknya mengajak para pelaku industri fintech lending agar dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk mendorong akses dan edukasi layanan pendanaan bagi masyarakat.

Utamanya, untuk pendanaan produktif bagi kelompok unbanked dan underbanked, seperti pelaku UMKM dan pekerja lepas.

Hal itu juga berguna untuk mendorong inklusi keuangan sekaligus meningkatkan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×