Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau agar industri peer-to-peer (P2P) lending memperluas penyalurannya ke luar pulau Jawa. OJK merencanakan imbauannya masuk dalam regulasi baru, di mana setiap platform bakal dipatok minimal menyalurkan 20% dari total penyaluran pendanaan tahunannya selama tahun berjalan ke luar Jawa.
OJK pun telah mewajibkan platform fintech lending berlisensi terdaftar menggelar program edukasi minimal 12 kali di kota dan provinsi berbeda dengan proporsi 6 kali di Pulau Jawa dan 6 kali di luar Pulau Jawa. Sedangkan untuk platform berstatus berizin, 3 kali dalam setahun, dengan proporsi 1 kali di Pulau Jawa dan 2 kali di luar Pulau Jawa.
Menanggapi hal tersebut, beberapa platform P2P pun telah merencanakan strategi, bahkan mulai melakukan ekspansi.
Seperti pemain P2P lending PT Modal Rakyat Indonesia yang telah merencanakan akan menguatkan kerja sama dengan ekosistem yang dimiliki Fazz Financial Grup, dimana ekosistem Fazz Financial Grup fokus di wilayah terpencil, sehingga Modal Rakyat dapat menjangkau wilayah di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Sampai Agustus 2021, Modal Rakyat berhasil salurkan pendanaan Rp 2 triliun
"Saat ini untuk pinjaman mikro, kami telah mencapai ke seluruh wilayah Indonesia, sedangkan untuk pinjaman dengan kategori SME, telah kami perluas di ke Jawa Timur terlebih dahulu, dan kemudian target selanjutnya adalah Pulau Sumatera," ujar Direktur Utama Modal Rakyat, Hendoko Kwik kepada kontan.co.id, Senin (30/8).
Hendoko juga menambahkan, pihaknya sedang menguatkan user untuk pinjaman mikro Modal Rakyat di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Ia mengaku, telah secara aktif bekerja sama dengan Payfazz (perusahaan berbasis keagenan), selain itu kami juga sedang bekerja sama dengan berbagai platform Logistik, seperti Ritase, Kargo, Shipper, dan lain-lain.
Hingga Agustus 2021, Modal Rakyat telah berhasil menyalurkan pendanaan lebih dari Rp 2 triliun. Kini Modal Rakyat telah mengajak 12.605 pendana individu, 22 pendana institusi, dan 14 mitra strategis untuk bersinergi mendukung inklusi keuangan Indonesia. Tidak hanya itu, Modal Rakyat telah menyalurkan pembiayaan untuk 8.811 peminjam, yang terdiri dari pelaku usaha mikro, kecil dan menengah.
Dari sisi demografis, peminjam Modal Rakyat 78% berada di pulau Jawa dan 22% berada di luar Pulau Jawa. Sedangkan dari sisi pendana 75% pendana berasal dari pulau Jawa dan 25% pendana berasal dari luar pulau Jawa. Sedangkan dari sisi sektor pembiayaan, terdapat tiga sektor penyaluran pembiayaan terbesar yaitu sektor jasa akuntansi dan keuangan, sektor teknologi informasi, dan sektor perdagangan.
Baca Juga: Opsi pembayaran via OVO tersedia di 242 gerai McDonald’s
"Hingga akhir tahun 2021 Modal Rakyat memproyeksikan menyalurkan pinjaman di wilayah Pulau Jawa sekitar 70% dan 30% di luar Jawa.
Sementara itu, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) mengaku mendukung pernyataan OJK. Sejak tahun 2019, Amartha telah menjangkau wilayah di luar Pulau Jawa seperti di Sulawesi dan Sumatera. Hingga saat ini, Amartha telah memiliki 139 kantor layanan di Pulau Sumatera dan 79 kantor layanan di Pulau Sulawesi.
"Strategi yang dilakukan Amartha adalah menjaga portofolio quality di luar Jawa tetap stabil dan tumbuh. Berdasarkan perencanaan hingga akhir tahun 2021, Amartha fokus pada Pulau Sumatera dan Sulawesi terlebih dahulu. Amartha juga berencana untuk masuk ke Kalimantan di akhir tahun 2021 ini," kata Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra.
Andi mengatakan, dengan aktif menjaga kualitas portofolio mitra-mitra Amartha melalui pendampingan dan pelatihan usaha oleh tim Business Partner, Amartha akan melakukan kolaborasi dengan beberapa pihak.
Andi juga menjelaskan, sejak kuartal kedua 2021, penyaluran pinjaman ke luar Pulau Jawa telah menyentuh angka 60% dari keseluruhan portofolio atau senilai Rp 524 miliar. Nilai ini meningkat 196,62% dibandingkan penyaluran tahun sebelumnya.
"Melalui ekspansi ini, Amartha menargetkan dapat menyalurkan pembiayaan kepada satu juta mitra di Indonesia hingga akhir tahun 2021. Pada kuartal III, Amartha akan menyalurkan permodalan senilai Rp 880 miliar dan 70% nya akan disalurkan ke wilayah luar Jawa," ujar Andi.
Imbauan dari OJK juga di sambut positif oleh PT Akseleran Keuangan Inklusif. Akseleran mengaku perluasan penyaluran pinjaman usaha memang sangat penting hingga ke luar Pulau Jawa supaya peranan dari fintech P2P lending dapat semakin dirasakan secara merata bagi para pelaku usaha yang membutuhkan modal kerja di seluruh Indonesia.
Di sisi lain, gencarnya usaha untuk menembus pangsa pasar di luar Pulau Jawa tetap harus diperhatikan kualitas pinjamannya agar tidak menimbulkan kenaikan kredit macet bagi industri fintech P2P lending yang sudah terdaftar dan diawasi oleh OJK.
Co Founder & Chief Executive Officer PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia Ivan Nikolas Tambunan mengungkapkan sejumlah tantangan tetap dihadapi oleh para penyelenggara P2P lending yang terus berusaha untuk ekspansi ke luar Pulau Jawa, yakni khususnya literasi keuangan di tengah-tengah masyarakat dan ketersediaan data untuk kepentingan assessment kredit.
Mengenai literasi keuangan, OJK sudah mewajibkan setiap platform P2P lending yang terdaftar dan diawasi untuk menggelar program edukasi ke berbagai populasi segmen. Berhubung saat ini kita masih dalam situasi pandemi covid maka edukasi dilakukan secara virtual. Akseleran sebagai salah satu platform P2P lending yang sudah memiliki lisensi berizin di OJK menggelar program edukasi baik di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa.
"Akseleran akan terus mendukung kebijakan OJK agar semakin banyak masyarakat di Indonesia memiliki tingkat pemahaman yang baik tentang manfaat dan risiko dalam menggunakan fintech P2P lending," kata Ivan.
Ivan menambahkan, ke depan, Akseleran akan terus memperluas penyaluran pinjaman usaha di luar Pulau Jawa, seperti di Kalimantan, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara. Hal ini dikarenakan di wilayah-wilayah tersebut memiliki banyak proyek di sektor usaha yang menjadi fokus Akseleran, yakni UMKM yang berasal dari sektor engineering atau konstruksi, business and consumer services, coal & related energy, retail (online merchant), dan oil & gas.
"Untuk mencapai target tersebut, Akseleran akan terus lebih banyak lagi menjangkau vendor dan supplier di industri-industri tersebut dan melakukan kolaborasi kepada anchor corporate untuk di-refer dengan supplier dan vendornya di daerah-daerah," ujar Ivan.
Baca Juga: OJK: Pandemi jadi momentum transformasi digital
Sebagai informasi, secara kumulatif total pinjaman usaha Akseleran di luar Pulau Jawa hingga pertengahan Agustus 2021 telah mencapai sebesar Rp151 miliar lebih. Pencapaian ini mengalami peningkatan hingga 51% dibandingkan total kumulatif hingga semester pertama tahun ini.
Hal ini ditopang oleh meningkatnya penyaluran pinjaman usaha di Luar Pulau Jawa pada periode Juni dan Juli 2021 dimana periode di Juli tumbuh 22% dibandingkan pencapaian di Juni. Sementara untuk periode di bulan ini khususnya sampai pertengahan Agustus 2021 penyaluran pinjaman usaha Akseleran di Luar Pulau Jawa sudah menembus 80% dari pencapaian di Juli.
"Kami optimistis penyaluran pinjaman usaha di bulan ini kembali akan mampu melampuai pencapaian dari bulan lalu. Kondisi ini memperlihatkan bahwa kondisi PPKM tidak memberikan hambatan bagi Akseleran untuk terus mengalami pertumbuhan baik untuk penyaluran pinjaman usaha di Luar Pulau Jawa saja melainkan secara nasional," sambung Ivan.
Mengenai kontribusi pinjaman di luar Pulau Jawa, secara portofolio hingga saat ini total penyaluran pinjaman usaha Akseleran di Luar Pulau Jawa sudah mencapai 6% dimana 4% diantaranya telah disalurkan di Kalimantan. Akseleran menargetkan untuk ke depan minimal penyaluran pinjaman usaha Akseleran di Luar Pulau Jawa dapat mencapai 25% dari total kumulatif. Sementara secara nasional, Akseleran menargetkan total pinjaman usaha sebesar Rp 2 triliun di akhir tahun 2021.
Sebagai gambaran, berdasarkan statistik fintech lending OJK sepanjang semester I/2021, dari total penyaluran pinjaman para pemain yang sebesar Rp 70,88 triliun, porsi di wilayah Jawa dengan 6 provinsi di dalamnya mencapai Rp 57,93 triliun, sisanya Rp 12,92 triliun ke 28 provinsi di luar Jawa.
Sementara itu, dari sisi outstanding pinjaman tersisa di Rp 23,37 triliun per Juni 2021, Jawa mengambil porsi Rp 18,97 triliun, sementara luar Jawa hanya Rp 4,4 triliun. Nilai tersebut turut tergambar karena jumlah rekening peminjam (borrower) aktif di Jawa menyentuh 20,3 juta entitas, sementara luar Jawa hanya 2,5 juta entitas.
Selanjutnya: AFPI menjawab tantangan industri serta perlindungan konsumen, ini gambarannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News