Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era teknologi membawa banyak angin segar bagi industri. Tak terkecuali industri perbankan. Perbankan kini bisa masuk ke segmen pasar yang dulu sulit untuk dijangkau. Selain itu, perbankan pun dapat beroperasi secara efisien dan efektif dengan memanfaatkan teknologi.
Namun, bak pisau bermata dua, adanya teknologi juga melahirkan pesaing baru bagi bank. Hal ini munculnya perusahaan teknologi finansial (fintech). Pasar perbankan pun ikut dicaplok, mulai dari pasar pembayaran, non tunai hingga pangsa pasar kredit.
Baca Juga: Ini strategi Bank IBK Indonesia mencapai pertumbuhan kredit 51% tahun 2020
Salah satu layanan perbankan yang kini pasarnya mulai dicaplok yakni bisnis kartu kredit. Sebab, perusahaan fintech pembayaran punya fitur baru yang biasa disebut pay later.
Meski begitu, sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id mengatakan bahwa bisnis kartu kredit masih lebih unggul. Malah, Pemimpin Divisi Bisnis Kartu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Okki Rushartomo bilang kehadiran fintech justru memberi amunisi baru bagi perbankan.
"Kalau dulu, bank butuh waktu sangat lama untuk mendorong nasabah melek teknologi. Dengan adanya fintech, dari yang tua sampai yang muda sekarang sudah mulai paham," terangnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (19/12).
Namun, Okki tak menampik bahwa fitur pay later fintech lebih unggul dari perbankan dari sisi kemudahan dan kecepatan pendaftaran. Meski begitu, pihaknya tak tinggal diam. Bank BNI pun sudah berdiskusi dengan Bank Indonesia (BI) untuk mempermudah pengajuan kartu kredit.
Baca Juga: BRISyariah kembali jadi bank syariah penyalur FLPP di tahun 2020
Hasilnya, BI menyetujui fitur tanda tangan digital untuk pengajuan kartu kredit di BNI di tahun depan. Praktis, di tahun depan bank berlogo 46 ini bakal mendorong kartu kredit ke dengan aplikasi digital.
"Dengan adanya digital signature, tahun depan kami target ada seribu lebih kartu per bulan yang mengajukan secara digital," sambungnya.