kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Fraud APMK tahun ini meningkat


Sabtu, 16 Oktober 2010 / 07:20 WIB
ILUSTRASI. Layar Digital Perdagangan Saham di Mandiri Sekuritas


Reporter: Andri Indradie | Editor: Test Test

JAKARTA. Masyarakat perlu waspada terhadap penipuan (fraud) lewat Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK). Bank Indonesia mengingatkan, sampai saat ini alat bayar tersebut sangat rawan terhadap tindak kejahatan. Trennya terus menunjukkan peningkatan.

BI mencatat, tahun ini fraud mengalami peningkatan setelah dua tahun sebelumnya sempat menunjukkan tren menurun. Volume fraud APMK per Agustus sudah mencapai 12.500 transaksi senilai Rp 41,58 miliar. Itu berarti, secara rata-rata volume fraud sebesar 1.563 transaksi dengan nilai Rp 5,2 miliar setiap bulan.

Sekadar membandingkan, pada 2009 lalu nilai fraud rata-rata sebesar Rp 3,75 miliar per bulan. Jumlah tersebut turun drastis dibandingkan tingkat kejahatan pada 2008 yang mencapai Rp 5,35 miliar perbulan. “Setelah sempat turun, sekarang meningkat lagi,” kata Aribowo, Kepala Biro Pengembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran BI, Jumat (15/10).

Steve Marta, Ketua Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AAKI), mengaku heran dengan angka-angka itu itu. Menurut dia, fraud pada APMK seharusnya menunjukkan tren menurun. Sebab, semenjak pemberlakuan teknologi chip, fraud APMK terutama pada kartu kredit menurun drastis. Asal anda tahu, sebelumnya fraud paling banyak terjadi pada kartu kredit.

Muhammad Helmi, General Manager Kartu Kredit PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), juga kaget dengan meningkatnya angka kejahatan melalui kartu alat bayar tersebut. Dia bilang, secara teori kejahatan kartu kredit mestinya turun seiring penggunaan kartu ber chip. “Di BRI sendiri, sejak berlakunya chip, angka kejahatan menurun drastis. Bahkan hampir tidak ada,” katanya, Jumat (15/10).

Steve menduga, angka kejahatan ini paling banyak berasal dari kartu ATM dan debet. Maklum, dua jenis kartu ini umumnya masih menggunakan teknologi lama. Sementara kartu kredit, sebagian besar sudah bermigrasi ke chip.

Dugaan lainnya, modus kejahatan lewat APMK, termasuk kartu kredit, terus mengalami pergeseran. "Kemungkinan fraud kartu kredit sudah mulai merambah ke dunia maya," ujar Steve. Teknologi chip awalnya memang di desain untuk menekan potensi penipuan, tapi bukan berarti potensi terjadinya kejahatan hilang sama sekali. Pelakunya mungkin memperbaharui teknik menipu.

Melihat perkembangan kejahatan ini, Steve mengatakan, AKKI telah menyiapkan mitigasi terhadap fraud kartu kredit di dunia maya. Konkretnya, AKKI menghimbau anggotanya agar memasang program aplikasi proteksi pada kartu kredit.

Catatan saja, jumlah APMK kartu kredit per Agustus 2010 mencapai 12,99 juta, sementara APMK kartu ATM dan debet mencapai 50 juta.
Volume transaksi kartu kredit pada periode yang sama mencapai 17,45 juta transaksi dengan nilai nominal Rp 14,2 triliun. Sedangkan kartu ATM dan debet sebesar 162,41 juta senilai Rp 184,14 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×