Reporter: Ferrika Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) berharap kerjasama fintech lending dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bisa meningkatkan pembiayaan di luar pulau jawa hingga 20% dari total pembiayaan pada tahun 2022.
"Kerjasama ini dapat menjadi jalan bagi pencapaian penyaluran di luar Jawa sebesar 20% dari selama ini masih 15%," kata Direktur Eksekutif AFPI Kuseryansyah, Senin (5/4).
Hal ini seiring dengan terbitnya pedoman kerja sama antara fintech dan BPR oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Januari lalu. Dalam pedoman tersebut, OJK mengatur dua skema kerja sama yakni channeling dan referral.
Ia menyebut, panduan tersebut sudah ditunggu - tunggu industri. Sebelum pandemi, banyak fintech yang sudah menginisiasi kerjasama dengan BPR. Namun sempat mengalami keterlambatan pada awal masa pandemi.
Bagi fintech, kerjasama dengan BPR dapat membantu memperluas pendanaan di luar jawa, karena jaringan BPR tersebar di seluruh Indonesia. Sebaliknya bagi BPR, penggunaan teknologi digital dan data alternatif dapat menghubungkan mereka dengan debitur yang selama belum tersentuh akses bank.
Salah satu pemain, Akseleran telah didukung oleh 150.000 lebih pemberi pinjaman (lender) perorangan yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Dengan lebih dari 15 lender institusi yang berasal dari lembaga jasa keuangan (LJK) lainnya termasuk Bank BCA, Bank JTrust, Bank Mandiri dan Bank Jago.
Baca Juga: Tingkatkan daya saing, OJK atur kerjasama fintech dengan BPR
Hingga akhir Februari kemarin, total penyaluran pinjaman dari seluruh lender institusi sudah lebih dari Rp 500 miliar. Melalui pencapaian itu, perusahaan akan menggandeng lebih banyak institusi sebagai pemberi pinjaman seperti BPR.
"Kami akan terus membuka pintu untuk dapat melakukan kerja sama dengan LJK yang lain termasuk menambah jumlah partner BPR melalui skema loan channeling,” CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Tambunan.
Secara total kumulatif, Akseleran berhasil menyalurkan pinjaman usaha sebesar Rp 2,2 triliun dalam 2.500 pinjaman hingga pertengahan Maret 2021. Hal ini juga didukung dengan rasio NPL tetap terjaga di angka 0,13%.
Adapun lima sektor usaha terbesar yang memperoleh pinjaman usaha dari Akseleran yaitu engineering atau construction, business & consumer services, ritel (online), mining, power & related energy, dan oil & gas. Sebanyak 70% pinjaman Akseleran berbentuk invoice financing dan sisanya pra-invoice financing.
“Mengacu dari rasio NPL, terbukti bahwa produk pinjaman invoice financing lebih aman karena tingkat kredit macet yang rendah. Ini juga turut menopang rendahnya total NPL kumulatif Akseleran di bulan Februari 2021 yang turun hingga sebesar 0,62% dari Februari 2020,” lanjutnya.
Terlebih, perusahaan selalu menerapkan penilaian kredit yang prudent dan fokus kepada arus calon peminjam. Seluruh pinjaman juga sudah terproteksi oleh asuransi kredit yang melindungi 90% pokok pinjaman tertunggak.
Selanjutnya: Liang Xian jadi investor, Bank Mayapada (MAYA) akan gelar RUPSLB pada 10 Mei
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News