Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memastikan melanjutkan peningkatan bisnis di tahun ini.
Untuk mewujudkan pertumbuhan kinerja tahun inik, Direktur Corporate & International Banking Silvano Rumantir mengungkapkan BNI telah menyiapkan tujuh kebijakan strategis yang akan menjadi fokus pada 2023.
"Pertama, BNI mengembangkan solusi transaksi & ekosistem dalam memenuhi kebutuhan nasabah. Kedua, mengembangkan infrastruktur teknologi serta inovasi digital melalui data driven berbasis analytics, customer experience, dan perluasan partnership," ujarnya secara virtual pada Selasa (24/1).
Ketiga, BNI fokus pada peningkatan CASA dan fee based income yang sustain. Keempat, BNI meningkatkan ekspansi bisnis pada corporate top tier serta sektor prioritas, value chain, dan cross selling dengan mengutamakan budaya risiko.
Kelima, perseroan melanjutkan Transformasi Human Capital, Culture, dan Operasional sehingga lebih agile dan lean dalam mendukung bisnis.
Keenam, perseroan memperkuat jaringan bisnis Internasional dalam mendukung penetrasi pasar global.
Baca Juga: BNI Salurkan Kredit Berkelanjutan (ESG) Rp 182,9 Triliun hingga Akhir 2022
Ketujuh, BNI juga mengoptimalisasi sinergi BNI Grup dalam memperkuat posisi Perusahaan Anak.
“Dengan berpedoman kepada tujuh kebijakan strategis tersebut, kami percaya dan optimis akan mencetak kinerja yang lebih baik lagi di tahun 2023 ini,” tuturnya.
Selain itu, Silvano menyatakan harga saham BNI di akhir 2022 tercatat meningkat 36,7% secara tahunan, jauh lebih tinggi dari peningkatan harga saham LQ45 yang sebesar 0,7% secara tahunan.
Pertumbuhan tersebut terlepas dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bergerak cukup fluktuatif di tahun 2022 serta diwarnai dinamika kondisi geopolitik, harga komoditas, dan kebijakan moneter bank-bank sentral dunia dalam melakukan rate adjustment.
BNI memiliki komitmen untuk terus mencetak profitabilitas yang sehat dan sustain sehingga memberikan value yang optimal bagi seluruh pemangku kepentingan, terutama para pemegang saham.
Meskipun kondisi perekonomian global masih penuh tantangan, BNI yakin kondisi Indonesia jauh lebih baik dibanding negara-negara lain.
“Kami melihat banyak peluang di tahun 2023 yang dapat kami tangkap. Untuk itu, upaya transformasi perusahaan di tahun ini akan fokus di beberapa area seperti pengembangan solusi transaksi dan ekosistem dalam memenuhi kebutuhan nasabah,” pungkas Silvano.
Baca Juga: BNI Bukukan Laba Bersih Rp 18,31 Triliun di Akhir 2022, Tumbuh 68%
Asal tahu saja, BNI mencatatkan laba bersih konsolidasi yang tercatat Rp 18,31 triliun di penghujung 2022. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyatakan nilai itu tumbuh signifikan 68% secara tahunan, dan merupakan perolehan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah BNI.
"Total kredit yang disalurkan di tahun 2022 telah mencapai Rp 646,19 triliun, tumbuh di atas target awal perusahaan yaitu mencapai 10,9% secara tahunan, diikuti dengan Net Interest Margin (NIM) yang terjaga di posisi 4,8%. Pertumbuhan kredit yang sehat ditopang oleh ekspansi bisnis dari debitur top-tier dan bisnis turunannya yang berasal dari value chain debitur," ujar Royke Selasa sore (24/1).
Dari sisi likuiditas, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan Current Account Saving Account (CASA) yang kuat sebesar 10,1% secara tahunan, yang dihasilkan dari strategi perseroan untuk membangun transaction-based CASA, melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif dan reliable. Pertumbuhan fee-based income tercatat sebesar 8,7% secara tahunan menjadi Rp 14,8 triliun.
Hal ini dicapai dengan melakukan pergeseran pola pertumbuhan FBI untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan biaya transfer melalui program BI Fast sejalan dengan tren menurunnya transaksi transfer antar bank.
BNI secara inovatif berhasil menumbuhkan pendapatan non bunga yang memberi value-added bagi nasabah.
Contohnya di retail banking, fitur billpayment atau pembayaran tagihan saat ini berkontribusi lebih dari Rp 300 miliar ke pendapatan, atau tumbuh 18% secara tahunan.
Selain itu, di segmen Business Banking, BNI semakin aktif dalam memfasilitasi sindikasi dan mampu berkontribusi hampir Rp 1 triliun ke pendapatan non bunga, atau naik 100% dibandingkan tahun lalu.
Baca Juga: Penyaluran Kredit BNI (BBNI) Tumbuh 10,9% Jadi Rp 646,19 Triliun di 2022
Hasil kinerja yang positif ini berdampak pada Pre-provisioning Operating Profit (PPOP) yang dibukukan sebesar Rp 34,4 triliun atau tumbuh 10,8% secara tahunan. Selain itu, upaya perbaikan kualitas kredit melalui kebijakan perkreditan yang efektif mampu menekan rasio NPL sebesar 90 basis point (bps) secara tahunan menjadi 2,8%.
Jumlah kredit yang direstrukturisasi dengan stimulus Covid juga terus menurun nilainya menjadi Rp 49,6 triliun atau setara dengan 7,8% dari total kredit. Penurunan di kuartal lalu terutama berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi seperti restoran, hotel, tekstil dan konstruksi.
Hal ini mengindikasikan bahwa bisnis debitur di sektor tersebut mulai kembali pulih. Tren positif pada kualitas aset ini juga mendorong pembentukan beban CKPN menjadi lebih rendah sehingga Cost of Credit membaik dari 3,3% di tahun sebelumnya menjadi 1,9%.
“Pertumbuhan PPOP yang kuat dan diikuti dengan perbaikan kualitas aset ini membuat kami mampu menutup 2022 dengan capaian yang menggembirakan. Laba bersih ini adalah tertinggi sepanjang sejarah dan berada di atas ekspektasi pasar,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News