Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Roda terus berputas. Krisis moneter tahun 1997-1998, menyebabkan Grup Salim kehilangan kendali atas Bank Central Asia (BCA). Tapi roda bisnis berputar. Nah, saat krisis wabah corona, Grup Salim resmi menguasai bisnis perbankan, yakni di Bank Ina Perdana (BINA). Hal ini setelah Pieter Tanuri PT Philadel Terra Lestari mengundurkan diri sebagai ultimate shareholder dan pemegang saham pengendali Bank Ina.
Mundurnya Pieter mengukuhkan cengkeraman Anthoni Salim dan PT Indolife Pensiontama, menjadi pemegang saham pengendali Bank Ina. Masuknya Salim, membawa ingatan kita bagaimana sang pendiri, mendiang Sudono Salim atau Liem Sioe Liong, membesarkan BCA. Tapi krisis moneter menyebabkan Salim harus melepas BCA yang kini dikuasai Grup Djarum.
Betul Bank Ina masih relaitf kecil. Bak langit dan bumi dibandingkan BCA. Direktur Utama Bank Ina Perdana, Daniel Budirahayu menjelaskan, arah kebijakan bisnis ke depan tentunya akan lebih ekspansif. Antara lain dengan melakukan sinergi dengan korporasi induk alias pemegang saham. "Kalau dari segmen, fokus tetap di ritel baik funding (pendanaan) maupun lending (kredit)," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/4).
Sebelum mengagendakan ekspansi, manajemen masih dalam proses mempersiapkan infrastruktur untuk menunjang ekspansi. Sambil melengkapi perizinan dan administratif dari regulator terkait perubahan pemegang saham pengendali. "Nanti kalau sudah siap, pastinya akan kami jelaskan lebih detail," tuturnya. Kita nantikan saja tangan midas Salim membesut peruntungan di Bank Ina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News