Reporter: Vina Destya | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis data dan statistik industri asuransi per Agustus 2023. Dalam data tersebut, terlihat hasil investasi asuransi jiwa meningkat 54,20% secara tahunan atau year on year mencapai 23,67 triliun per Agustus 2023.
Sementara pada periode yang sama di tahun 2022, hasil investasi asuransi jiwa sebesar Rp 15,35 triliun. Sedangkan, jika dilihat sepanjang tahun berjalan, hasil investasi asuransi jiwa itu melonjak 1007,79% year to date (ytd). Pada Januari 2023, investasi asuransi jiwa hanya sebesar Rp 2,14 triliun.
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu mengatakan bahwa sampai dengan Juni 2023, total investasi asuransi jiwa mencapai Rp 538,77 triliun.
Baca Juga: Taspen Serahkan Manfaat Pensiun kepada Mantan Wakil MPR
Adapun dana tersebut ditempatkan pada beberapa instrumen investasi seperti saham, surat berharga negara (SBN) , reksadana, sukuk korporasi, dan deposito.
Togar juga menjabarkan setiap pencapaian instrumen investasi asuransi jiwa di antaranya, saham mengalami pertumbuhan sebesar 9,2% dengan kontribusi pada total investasi sebesar 29,4% atau sebesar Rp 158,18 triliun.
Adapun SBN yang juga mengalami pertumbuhan sebesar 26,1% dengan kontribusi terhadap total investasi sebanyak 36,1% atau Rp 157,16 triliun. “Pertumbuhan tersebut antara lain didorong oleh peralihan instrumen investasi dari reksadana ke SBN,” ujar Togar pada Kontan, Jumat (6/10).
Instrumen lainnya yang mengalami pertumbuhan adalah sukuk korporasi yang meningkat 9,2% dengan kontribusi pada total investasi 8,2% atau Rp 43,93 triliun.
Baca Juga: Apresiasi Nasabah Istimewa, CIMB Niaga Gelar Wealth Xpo di Pontianak
Berbeda dengan tiga instrumen lainnya, dua instrumen ini harus mengalami penurunan yakni reksadana yang turun sebesar 34,1% dengan kontribusi pada total investasi asuransi jiwa sebanyak 17,6% atau Rp 95,07 triliun.
“Penurunan tersebut terutama dipengaruhi regulasi OJK terbaru di mana penempatan investasi reksadana dari unitlink harus sepenuhnya memiliki underlying SBN ataupun surat berharga yang diterbitkan BI,” papar Togar.
Selain itu, instrumen investasi yang juga mengalami penurunan adalah deposito, turun 14,9% dengan kontribusi terhadap total investasi sebesar 7,2% atau setara dengan Rp 38,94 triliun.
Baca Juga: Mengukur Ketahanan Pangan Nasional
Dari instrumen-instrumen tersebut, dapat dilihat bahwa instrumen investasi saham masih mendominasi meskipun memiliki selisih kontribusi yang tipis dengan instrumen investasi SBN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News