Reporter: Nadya Zahira | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebutkan bahwa hasil investasi industri asuransi jiwa mencapai sebesar Rp 23,91 triliun pada tahun 2024. Angka ini turun signifikan sebesar 24,8% secara year on year (YoY) dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 31,80 triliun.
Menanggapi hal ini, Praktisi Manajemen Risiko sekaligus Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi), Wahyudin Rahman menyebutkan sejumlah faktor utama yang menyebabkan turunnya hasil investasi asuransi jiwa pada tahun 2024.
Pertama, Wahyudi bilang, adanya volatilitas pasar saham dan obligasi yang meningkat pada 2024. Kedua, pelemahan indeks saham di sektor yang menjadi portofolio utama asuransi jiwa sehingga berpengaruh pada return investasi.
Baca Juga: AAJI Sebut Kontribusi Pendapatan Produk Asuransi Jiwa Syariah Tumbuh 10,4% pada 2024
“Kemudian yang ketiga adanya kenaikan suku bunga global yang menyebabkan aliran modal keluar dari pasar domestik dan keempat, ketidakpastian ekonomi global, seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi dan faktor inflasi yang masih tinggi,” ungkapnya kepada Kontan, Senin (3/3).
Menurut dia, dengan pertumbuhan inflasi yang masih tinggi, tentu dapat menggerus daya beli masyarakat dan berpengaruh pada kinerja perusahaan yang menjadi underlying asset investasi.
Selain itu, dia menilai bahwa strategi investasi beberapa perusahaan asuransi jiwa yang kurang adaptif juga ikut berkontribusi terhadap penurunan hasil investasi.
“Jadi saya lihat beberapa perusahaan asuransi jiwa terlalu agresif dalam mengalokasikan dana ke instrumen berisiko tinggi pada 2023, sehingga berdampak negatif saat pasar mengalami koreksi pada 2024,” tambahnya.
Dengan begitu, Wahyudin menegaskan bahwa perusahaan asuransi jiwa bisa lebih berhati-hati ke depannya dalam mengelola portofolio investasinya.
Menurut dia, perusahaan asuransi jiwa sebaiknya mengalokasikan investasi ke instrumen yang lebih stabil seperti Surat Berharga Negara (SBN) atau instrumen berbasis syariah yang lebih tahan terhadap volatilitas pasar.
Baca Juga: Klaim Kesehatan Industri Asuransi Jiwa Meningkat 16,4% pada 2024
“Maka sebaiknya mengurangi alokasi investasi ke instrumen saham yang lebih berisiko,” kata dia.
Tak hanya itu, Wahyudin mengatakan perusahaan asuransi jiwa juga mesti menyesuaikan portofolio dengan kondisi pasar, misalnya seperti meningkatkan porsi investasi pada sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan lebih stabil.
“Dan perusahaan juga perlu menekankan pentingnya penerapan manajemen risiko yang lebih ketat, kemudian peningkatan pemantauan risiko pasar secara lebih proaktif dan menyesuaikan strategi investasi secara dinamis juga menjadi kunci,” tandasnya.
Selanjutnya: Paus Fransiskus, Paus Argentina yang Tak Pernah Kembali ke Tanah Air
Menarik Dibaca: Harga Emas Rebound Pasca-Turun Tajam, Terkerek Rencana Tarif AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News