Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil investasi industri asuransi syariah masih menurun hingga akhir 2021. Per akhir Desember 2021, hasil investasi industri asuransi syariah turun 12,5% menjadi Rp 574 miliar dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 656 miliar secara tahunan (year on year/yoy).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hasil investasi asuransi umum syariah dan reasuransi syariah justru mengalami penurunan secara tahunan.
Pada akhir 2021, hasil investasi asuransi umum syariah sebesar Rp 168 miliar, turun 35,14% secara tahunan dan hasil investasi reasuransi syariah sebesar Rp 96 miliar turun 11,93% secara tahunan.
Sementara hasil investasi asuransi jiwa syariah hingga akhir 2021 sebesar Rp 311 miliar, atau tumbuh 8% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 288 miliar.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Erwin Noekman mengatakan, pasar modal masih menjadi instrumen utama investasi industri. Penempatan di pasar modal mencapai 81,89% total investasi, diikuti perbankan sebesar 17,68% dan lain-lain sebesar 0,4%.
Baca Juga: Askrindo Syariah Luncurkan Maasya untuk Jawab Tantangan Digitalisasi
"Jadi kalau dilihat dari komposisi investasi ini, analisa persentase yang ada terlihat bahwa perusahaan asuransi syariah masih melakukan investasi di sektor saham syariah," ucap Erwin kepada Kontan.co.id.
Sementara itu, salah satu pemain asuransi syariah PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia (Asyki) membenarkan secara tahunan pada 2021 hasil investasi Asyki menurun. Kendati demikian, masih menunjukan kinerja yang positif selama tahun 2021.
"Penyebabnya antara lain selama tahun 2021 ekonomi global dibayang-bayangi oleh kekhawatiran akan tapering off yang dilakukan oleh The Fed, dimana hal ini membuat yield US Treasury naik yang dikhawatirkan terjadi dana keluar yang masif dari dalam negeri," kata Direktur Asyki Mudzakir.
Selain itu, Mudzakir juga menyebut, meledaknya kasus Covid-19 varian Delta di dalam negeri dan akhir tahun muncul Covid-19 varian Omicron yang kembali menjadi sentimen negatif pemulihan ekonomi baik dalam maupun luar negeri. Kondisi itulah yang membuat investor berhati-hati dalam berinvestasi.
Menurut Mudzakir, sejauh ini tren imbal hasil investasi masih menunjukkan kinerja yang positif, hal ini tidak lain karena strategi aset alokasi investasi yang fleksibel sehingga memudahkan dalam menyesuaikan kondisi yang ada.
Ia optimistis, seiring dengan tingkat vaksinasi yang tinggi serta penurunan kasus baru Covid-19, dimana saat ini pemulihan ekonomi mulai terlihat. Sehingga di tahun 2022 akan lebih baik dari tahun lalu.
"Tahun ini dengan berbagai sentimen yang ada strategi aset alokasi kami masih tetap pada instrumen yang mempunyai likuiditas yang tinggi, seperti deposito syariah, SBSN dan reksadana syariah serta saham syariah yang mempunyai fundamental yang kuat," imbuh Mudzakir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News