Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
Sementara Corporate Secreatry BNI Meiliani bilang aksi penerbitan surat utang ini dilakukan selain untuk mendukung ekspansi perseroan juga akan dimanfaatkan untuk pembayaran kembali utang-utang perseroan (debt refinancing) yang akan jatuh tempo.
Selain EMTN, BNI juga menerbitkan negotiable certificate deposits (NCD) pada pertengahan Mei senilai Rp 1,39 triliun. Surat utang ini dipecah menjadi empat seri dengan kupon yang ditawarkan sebesar 5,40%-5,80% dan tenor mulai dari tiga bulan hingga 12 bulan.
Baca Juga: BI pangkas bunga acuan jadi 4,25%, ekonom Danamon: Masih ada ruang penurunan 0,25%
Sedangkan BRI ambil lajur pinjaman via syndicate club loan senilai US$ 1 miliar yang berasal dari 13 bank asing dengan bunga 1,9%. Direktur BRI Sunarso sebelumnya mengatakan pinjaman ini bisa ditarik kapanpun BRI membutuhkan likuiditas tambahan.
Maklum, potensi restrukturisasi kredit terimbas pandemi BRI cukup tinggi. Perseroan menaksir adanya potensi Rp 337,76 triliun dari 9,64 juta debiturnya yang membutuhkan restrukturisasi.
Meski demikian Sunarso mengaku, perseroan bakal mengandalkan likuiditas perseroan sebagai bekal restrukturisasi, termasuk tak memanfaatkan fasilitas pinjaman likuiditas via bank jangkar.
āDengan aset Rp 1.400 triliun, apakah saya akan tega membiarkan bank sistemik ini menyisakan secondary reserve di bawah 6%? Pasti tidak," katanya dalam Webinar bersama HIPMI, Selasa (16/6).
Baca Juga: Caplok Jiwasraya Putra, Taspen juga bidik peluang bisnis dari nasabah BTN
Sekadar informasi, salah satu syarat bank mendapatkan fasilitas pinjaman likuiditas dari bank jangkar jika rasio penyangga likuiditasĀ makroprudensial di bawah (PLM) 6%.