Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski kondisi global masih belum menentu, himpunan dana pihak ketiga (DPK) valas perbankan tumbuh 9,5% year on year (yoy) menjadi Rp 953,3 triliun di Februari 2022. Kinerja ini ditopang oleh pertumbuhan giro naik 17,9% yoy menjadi Rp 501,1 triliun.
Lalu tabungan naik 15,3% yoy menjadi Rp 171,2 triliun. Sedangkan deposito turun 5,5% yoy menjadi Rp 281,0 triliun.
SVP Retail Deposit Products and Solution Bank Mandiri Evi Dempowati mengatakan DPK valas ritel Bank Mandiri tumbuh di atas 4% year to date (ytd) hingga Februari 2022. Ia menyatakan Paling banyak tumbuh di tabungan.
“Pertumbuhan ini didukung oleh sikap masyarakat terutama pebisnis yang masih mengambil sikap wait and see untuk beradaptasi dengan pandemi sehingga banyak dana untuk bisnis masih disimpan di Bank, juga antisipasi spekulasi terhadap impact dari kebijakan suku bunga The Fed,” ujar Evi kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: BRI Catat Transaksi Pembayaran Menggunakan BRIZZI Capai Rp 6,8 Triliun pada 2021
Ia mencermati mengecilnya interest rate differential antara rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) akibat dari kenaikan suku bunga The Fed akan berpengaruh. Pertama, menyebabkan nasabah lebih memilih untuk menyimpan dananya di dollar AS untuk antisipasi spekulasi.
“Juga akan membuka opsi baru bagi nasabah untuk menginvestasikan dananya di berbagai instrumen investasi berbasis dolar AS. Kami memperkirakan tren pertumbuhan DPK Valas Bank Mandiri akan terus tumbuh baik setiap bulannya,” tambahnya.
Guna mengoptimalkan himpunan DPK valas, Bank Mandiri menawarkan nilai tukar yang lebih baik. Lalu memaksimalkan penempatan maupun pemindahan dana serta kemudahan akses untuk bertransaksi valas.
Direktur Treasury dan International BNI Henry Panjaitan menyatakan DPK valas BNI hingga Februari 2022 dibandingkan tahun 2021 relatif stabil. Hal ini ditopang oleh pertumbuhan dana murah dari tabungan dan giro valas yang secara YTD menunjukkan pertumbuhan positif.
“Dampak capital outflow dari kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan masih akan terbatas dan juga saat ini nilai tukar dolar AS terhadap rupiah masih terjaga dengan baik. Sehingga nasabah dalam melakukan penempatan dananya di valuta asing terutama dolar AS masih sesuai dengan kebutuhan operasionalnya,” paparnya kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: BCA Catat Nominal Transaksi Flazz Capai Rp 1,6 Triliun hingga Februari 2022
Ia menyatakan DPK Valas BNI tahun ini ditargetkan masih tumbuh guna mendukung pertumbuhan aset valas. Pertumbuhan DPK Valas diupayakan tumbuh dari aktivitas transaksional bisnis ekspor impor nasabah/debitur dan trade finance dengan memanfaatkan jaringan kantor cabang BNI di luar negeri.
Direktur Distribution and Retail Funding Bank BTN Jasmin menyatakan dalam menghimpun DPK, tetap fokus pada mata uang rupiah. Lantaran mayoritas penyaluran kredit BTN membutuhkan valuta rupiah.
“DPK valas tetap dihimpun untuk memenuhi transaksi valas nasabah BTN. Porsi DPK valas sekitar 1% dari total dana BTN. Tahun ini, pertumbuhan DPK BTN diharapkan bisa 10% hingga 11% yoy,” tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News