Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
Direktur Keuangan PT Mandiri Tunas Finance Armendra menjelaskan beberapa pertimbangan bagi perusahaan pembiayaan menentukan kupon obligasi. Ia menyebut kebutuhan likuiditas perusahaan beserta lack of liquidity dapat mempengaruhi penetapan tawaran imbal hasil.
“Kedua kebutuhan investor yang biasanya menggunakan acuan imbal hasil goverment bond dengan tenor maturity yang sama. Juga ditambahkan market risk premium average industri company yang sejenis,” jelas Armendra kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: BI turunkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 4%
Ia menjelaskan, MTF memiliki strategi dalam memenuhi pendanaan lewat 70% pinjaman perbankan dan 30% lewat penerbitan surat utang. Lewat strategi ini Ia yakin imbal hasil yang kami tawarkan cukup adil kedua belah pihak baik investor dan issuer.
MTF sendiri bakal merilis obligasi berkelanjutan V tahap I 2020 senilai Rp 1 triliun pada Agustus mendatang. Ia yakin obligasi ini akan menarik minat investor lantaran permintaan terhadap obligasi korporasi mulai menggeliat dalam kurung dua bulan terakhir.
“Penawaran kita untuk 3 tahun di range 7,4% hingga 8,5% pada obligasi berkelanjutan V tahap I 2020 ini. Dana yang terkumpul akan digunakan untuk pembiayaan semester II-2020, MTF optimis terutama pada kuartal keempat akan ada pertumbuhan pembiayaan yang lebih baik,” pungkas Armendra.
Asal tahu saja, Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan terdapat penurunan penerbitan surat utang yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan 54,38% year on year (yoy) dari Rp 13 triliun menjadi Rp 7,3 triliun pada Juni 2020.
Baca Juga: Masuki adaptasi kebiasaan baru, perusahaan pembiayaan kembali merilis surat utang
Pefindo mencatat menerima mandat emisi surat utang dan belum di-listing dari perusahaan pembiayaan senilai Rp 13,56 triliun hingga Juni 2020. Rinciannya, tujuh multifinance dengan emisi Rp 8,8 triliun dan empat lembaga pembiayaan khusus dengan emisi Rp 4,76 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News