kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Imbal obligasi multifinance diramal akan makin menarik, ini faktornya


Kamis, 16 Juli 2020 / 15:44 WIB
Imbal obligasi multifinance diramal akan makin menarik, ini faktornya
ILUSTRASI. Costumer Service Mandiri Tunas Finance (MTF) melayani nasabah di MTF Costumer Executive Lounge, Jakarta, Senin (13/4).


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memprediksi prospek penerbitan surat utang perusahaan pembiayaan semakin bagus pada paruh kedua 2020. Kendati, pemerintah masih aktif merilis surat utang negara.

Ekonom Pefindo Fikri C. Permana menyatakan imbal hasil yang bakal ditawarkan perusahaan pembiayaan tidak akan terpengaruh oleh pamor obligasi maupun surat berharga negara. Ia melihat penentu imbal hasil akan ditentukan oleh masing-masing peringkat rating yang dimiliki oleh perusahaan.

Baca Juga: Penyaluran pinjaman mengalami kenaikan, fintech lending lakukan credit scoring system

“Dengan rating tersebut, biasanya rentang yield ataupun kupon perusahaan pembiayaan dengan perusahaan dari sektor lain dengan rating dan tenor yang sama, nyaris tidak berbeda jauh,” ujar Fikri kepada Kontan.co.id pada Kamis (16/7).

Ia menyebut cashflow juga turut mengambil peran bagi perusahaan pembiayaan menetapkan kupon surat utang. Selain itu, rating yang diberikan menjelaskan kemampuan dan kemauan suatu perusahaan dalam membayar kewajiban mereka.

“Kita melihat cashflow dan rating perusahaan pembiayaan berbeda-beda. Namun dengan rating AAA atau yang lebih baik, spread-nya akan lebih baik. Sebab daya tahan mereka akan lebih baik dibandingkan rating di bawah mereka. Walaupun kuponnya sedikit bersaing, tapi spread-nya lebih baik,” papar Fikri.

Sedangkan Kepala Divisi Pemeringkatan Institusi Finansial Pefindo Danan Dito menyatakan imbal hasil akan bergantung pada permintaan pasar dan kondisi perusahaan pembiayaan dalam hal kebutuhan dana untuk memenuhi likuiditas.

Baca Juga: Pasar otomotif kembali stabil, perusahaan multifinance genjot kredit penjualan mobil

“Jadi belum tentu pada semester II-2020 akan lebih menarik, lantaran perusahaan pembiayaan itu, utamanya yang memiliki rating tinggi dan juga memiliki akses pembiayaan pada perbankan bahkan luar negeri turut mempengaruhi,” papar Danan.

Ia melanjutkan, faktor-faktor itu akan mempengaruhi imbal hasil maupun jumlah emisi surat utang yang bakal dirilis.

Direktur Keuangan PT Mandiri Tunas Finance Armendra menjelaskan beberapa pertimbangan bagi perusahaan pembiayaan menentukan kupon obligasi. Ia menyebut kebutuhan likuiditas perusahaan beserta lack of liquidity dapat mempengaruhi penetapan tawaran imbal hasil.

“Kedua kebutuhan investor yang biasanya menggunakan acuan imbal hasil goverment bond dengan tenor maturity yang sama. Juga ditambahkan market risk premium average industri company yang sejenis,” jelas Armendra kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: BI turunkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 4%

Ia menjelaskan, MTF memiliki strategi dalam memenuhi pendanaan lewat 70% pinjaman perbankan dan 30% lewat penerbitan surat utang. Lewat strategi ini Ia yakin imbal hasil yang kami tawarkan cukup adil kedua belah pihak baik investor dan issuer.

MTF sendiri bakal merilis obligasi berkelanjutan V tahap I 2020 senilai Rp 1 triliun pada Agustus mendatang. Ia yakin obligasi ini akan menarik minat investor lantaran permintaan terhadap obligasi korporasi mulai menggeliat dalam kurung dua bulan terakhir.

“Penawaran kita untuk 3 tahun di range 7,4% hingga 8,5% pada obligasi berkelanjutan V tahap I 2020 ini. Dana yang terkumpul akan digunakan untuk pembiayaan semester II-2020, MTF optimis terutama pada kuartal keempat akan ada pertumbuhan pembiayaan yang lebih baik,” pungkas Armendra.

Asal tahu saja, Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan terdapat penurunan penerbitan surat utang yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan 54,38% year on year (yoy) dari Rp 13 triliun menjadi Rp 7,3 triliun pada Juni 2020.

Baca Juga: Masuki adaptasi kebiasaan baru, perusahaan pembiayaan kembali merilis surat utang

Pefindo mencatat menerima mandat emisi surat utang dan belum di-listing dari perusahaan pembiayaan senilai Rp 13,56 triliun hingga Juni 2020. Rinciannya, tujuh multifinance dengan emisi Rp 8,8 triliun dan empat lembaga pembiayaan khusus dengan emisi Rp 4,76 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×