Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
“Biayanya sebenarnya relatif, karena metode pembayaran dengan QRIS juga tergolong baru, dan sisi lain justru implementasi QRIS lebih murah, karena penetrasi merchant akan lebih besar,” kata kata VP E-Channel PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Fajar Kusuma Nugraha kepada Kontan.co.id.
Fajar bilang saat ini, setidaknya ada 47.000 merchant BNI yang dapat menerima transaksi QRIS. Dengan menerima QRIS, pertumbuhan transaksi via EDC BNI tahun ini ditarget tumbuh mencapai 32% (yoy), dengan kontribusi terhadap pendapatan komisi sebesar 29%.
Sementara EVP Retail Payment PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Arif Wicaksono juga menyatakan hal senada. Ditambah, BRI juga turut mendorong pertumbuhan merchant penerima transaksi dengan kode QR code statis yang praktis tak butuh biaya besar. Strategi ini dilakukan untuk menyasar merchant ritel, maupun pelaku UMKM di pasar tradisional.
Baca Juga: Tingkatkan kenyamanan pengguna, GoPay luncurkan fitur donasi digital
“MDR dari QRIS merupakan peluang untuk meningkatkan pendapatan kami, karena melalui QRIS tercipta interkoneksi antar bank maupun dengan penerbit uang elektronik non bank,” katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (21/1).
Interkonektivitas dan interoperabilitas yang dihadirkan QRIS bisa diilustrasikan, bahwa mesin EDC milik BRI misalnya dapat digunakan untuk bertransaksi melalui Ovo.
Kini, Arif mengaku bank terbesar di tanah air ini telah memiliki 10.000 mesin EDC yang dapat digunakan untuk bertransaksi QRIS. Adapun target pertumbuhan transaksi EDC pasca menerima transaksi QRIS diharapkan bisa tumbuh hingga 25% (yoy) tahun ini.
“Untuk kontribusi pendapatan komisi tentu akan meningkatkan dengan kenaikan sales volume, termasuk meningkatkan CASA (current account and saving account) kami yang memang jadi fokus lini bisnis acquiring BRI,” sambungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News