kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Ini Alasan Penerbitan Obligasi Perbankan Diproyeksi Kembali di Sisa Tahun 2024


Sabtu, 20 April 2024 / 12:22 WIB
Ini Alasan Penerbitan Obligasi Perbankan Diproyeksi Kembali di Sisa Tahun 2024
ILUSTRASI. Sepanjang kuartal I-2024, penerbitan obligasi perbankan hanya Rp 2,5 triliun dari 1 penerbit


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan obligasi perbankan diperkirakan bakal kembali semarak di sisa tahun 2024 berjalan. Meskipun, pada tiga bulan pertama tahun ini, penerbitan obligasi oleh perbankan terlihat tampak lesu.

Jika mengacu pada data Pefindo, penerbitan obligasi perbankan di periode Januari-Maret 2024 hanya berasal dari satu perusahaan. Nilai dari penerbitan obligasi tersebut senilai Rp 2,5 triliun.

Meski demikian, Pefindo mencatat per 31 Maret telah menerima mandat penerbitan obligasi perbankan sebanyak lima perusahaan dengan nilai mencapai Rp 7.65 triliun. Secara rinci, lima bank yang bakal menerbitkan obligasi terdiri dari tiga bank swasta, satu bank pelat merah, dan satu bank yang milik pemerintah daerah. 

Nilai tersebut menjadi yang terbesar di antara sektor lain yang juga memberi mandat pada Pefindo. Menyusul, sektor pertambangan dengan nilai mencapai Rp 5,6 triliun dari lima perusahaan.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengungkapkan bahwa bank secara tahun ke tahun ke tahun perbankan memang selalu menjadi sektor terbesar dalam penerbitan obligasi.

Baca Juga: Nilai Penerbitan Surat Utang Korporasi Turun pada Kuartal I, Ini Penyebabnya

Di tahun ini sendiri, ia optimistis itu juga akan kembali terjadi. Mengingat, sektor perbankan memiliki obligasi jatuh tempo di tahun ini termasuk yang terbesar yaitu senilai Rp 24,68 triliun.

”Jadi ada kebutuhan refinancing bagi perbankan sehingga mendorong mereka untuk menerbitkan obligasi kembali,” ujarnya, Kamis (18/4).

Tak hanya itu, Suhindarto bilang kondisi likuiditas perbankan saat ini yang ketat juga bisa menjadi pendorong perbankan untuk menerbitkan obligasi. Mengingat, obligasi merupakan sumber pendanaan alternatif selain berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK).

Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldy pun mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya memang berencana menerbitkan obligasi. Paling dekat, penerbitan dilakukan pada semester pertama ini dengan nilai Rp 1,5 triliun.

Ia bilang penerbitan obligasi tersebut untuk memenuhi kebutuhan pemenuhan likuiditas. Di sisi lain, obligasi subordinasi ini juga dapat menambah sumber pendanaan stabil jangka panjang sekaligus menjadi komponen dalam modal bank.

”Kalau untuk besaran kupon pasti akan mengikuti perkembangan pasar,” ujarnya.

Baca Juga: Bank Negara Indonesia (BBNI) Resmi Rilis Global Bond Senilai US$ 500 Juta

Sementara itu, Direktur Keuangan BTN Nofry Rony mengungkapkan bahwa pihaknya menunggu kondisi pasar yang kondusif untuk penerbitan obligasi. Padahal, belum lama ini, ia sempat bilang berencana menerbitkan obligasi tahun ini.

Ia bilang penerbitan obligasi di BTN sendiri lebih untuk strategi asset liability management. Sehingga, bukan untuk semata-mata pemenuhan likuiditas yang dimiliki.

”Kita lihat kondisinya saja. Ya semisal saat suku bunga sudah turun,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×