Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Hampir seperempat dari total kredit PT Bank Dinar Indonesia Tbk masuk ke sektor infrastruktur. Tapi, bank bersandi saham DNAR ini tidak masuk langsung ke proyek infrastruktur, melainkan lewat subsektor perdagangan yang mendukung infrastruktur.
Direktur Utama Bank Dinar, Hendra Lie mengatakan, fokus perusahaan memang di segmen ritel yakni sektor perdagangan. Caranya, bank bekerjasama dengan sejumlah debitur, antara lain pemasok bahan penunjang infrastruktur.
"Kami masuk ke pemasok besi baja, pasir, pengakutan bahan bangun hingga ke toko bangunan penunjang infrastruktur," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (2/8).
Total outstanding kredit Bank Dinar sendiri sampai dengan akhir kuartal II-2017 mencapai Rp 1,33 triliun. Penyaluran tersebut baru tumbuh tipis 5,5% dari Rp 1,25 triliun kredit di kuartal II tahun lalu.
Menurut Hendra, porsi kredit perseroan terkait infrastruktur bertambah.
Dari sebelumnya sebesar 15% pada akhir tahun 2016, kini sektor pendukung infrastruktur sudah menyumbang 25,49% dari total kredit perseroan.
Jika memakai asumsi penyaluran kredit di kuartal II 2017, artinya perseroan telah menyalurkan kredit ke sektor penunjang infrastruktur sebesar Rp 336,97 miliar sepanjang paruh pertama tahun ini.
Lebih lanjut, bank yang baru diakuisisi oleh APRO Financial Co.Ltd ini menyebut pihaknya akan menjaga porsi tersebut terjaga di posisi 20%
Adapun, sampai dengan akhir tahun 2017 perseroan menarget pertumbuhan kredit sebesar 16% atau mencapai Rp 1,55 triliun.
Sementara untuk mempertahankan posisi kredit penunjang infrastruktur, Hendra mengatakan pihaknya akan mengandalkan debitur lama perseroan.
"Kami sudah ada beberapa klien di bidang besi baja, kontraktor dan bahan bangunan. Semester II kami akan lebih rajin ke pasar mencari calon debitur," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News