Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Penyaluran kredit ke unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lagi-lagi melambat. Tak cukup itu, rupanya kemampuan pelaku usaha membayar kembali kreditnya juga melemah.
Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit UMKM per Oktober 2025 mengalami penurunan jadi cuma 0,11% secara tahunan (year-on-year/YoY). Padahal, pertumbuhan bulan sebelumnya saja sudah tergolong tipis di level 0,23% YoY.
BI melihat hal ini terjadi seiring mengetatnya persyaratan pemberian kredit (lending requirement) di segmen ini sebab bank cenderung mengambil sikap hati-hati.
Pun, sikap hati-hati bank ini bukan tanpa sebab. Dalam periode yang sama, rasio kredit macet (non performing loan/NPL) kredit UMKM memang meningkat jadi 4,51% dari posisi 4,46% pada September 2025.
Baca Juga: KPP Bank Mandiri Dukung Pembiayaan Rumah & Usaha Produktif
Di samping itu, Kepala Departemen Ekonomi Keuangan Inklusif dan Hijau BI Nita Anastuty menjelaskan bahwa kecenderungan bank menahan diri menyalurkan kredit kepada UMKM lantaran banyak UMKM yang belum mampu melakukan pencatatan keuangan dengan baik.
“Masih ada pengusaha UMKM yang belum bisa memisahkan uang belanja harian dengan uang belanja usaha,” sebut Nita dalam agenda peluncuran UMKM Pintar di Jakarta, Kamis (20/11/2025).
Pasalnya, laporan keuangan menjadi penting bagi bank untuk melakukan penilaian risiko pembiayaan. Jika bank kesulitan memahami kondisi keuangan UMKM, syarat penyaluran kredit bisa menjadi lebih ketat.
Ketatnya persyaratan kredit ini memang menjadi momok tersendiri bagi UMKM. Apalagi, dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (SLIK OJK), riwayat kredit macet pengusaha yang tak jarang sudah terjadi belasan hingga puluhan tahun sebelumnya masih menjadi tolok ukur kelayakan kredit.
Menanggapi itu, Kepala Direktorat Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Rony Ukurta Barus menilai alasan perbankan menjadikan SLIK sebagai parameter adalah untuk memastikan aliran dana masyarakat yang disalurkan dalam bentuk kredit tetap terjaga.
Namun, ia mengaku kini OJK tengah mendorong perbankan agar catatan SLIK tak menjadi parameter tunggal dalam proses penentuan kelayakan kredit UMKM.
Baca Juga: SeaBank Tak Minat IPO dalam Waktu Dekat Meski Masuk KBMI 2, Fokus Dorong Kinerja
“Berdasarkan data yang kami miliki, sampai saat ini sudah ada 3 juta rekening penerima pinjaman yang dalam histori SLIK bermasalah. Pelan-pelan, perbankan akan mulai bisa melihat hal lain selain SLIK untuk menentukan menerima atau menolak pembiayaan yang diajukan pengusaha,” terang Rony dalam kesempatan yang sama.
Sebagai bank dengan fokus kredit ke UMKM, PT Bank Sahabat Sampoerna juga memilih berhati-hati dalam menyalurkan kredit demi menjaga rasio NPL. Dengan demikian, kata Direktur Finance and Business Planning Bank Sampoerna Henky Suryaputra, bank bisa menjaga NPL di bawah ketentuan regulator.
“Untuk menjaga kualitas kredit, kami senantiasa berusaha menyalurkan dana kepada masyarakat dengan tetap menekankan prinsip kehati-hatian dan mengacu pada prinsip pemberian kredit yang sehat,” kata Henky kepada Kontan, Kamis (20/11/2025).
Per kuartal III-2025, rasio NPL gross Bank Sampoerna terpantau meningkat jadi 4,12% dibanding periode sama tahun sebelumnya di level 3,84%. Henky bilang level ini cukup mencerminkan kualitas kredit UMKM, mengingat sektor tersebut mendominasi portofolio kredit bank.
Untuk diketahui, jumlah kredit yang diberikan Bank Sampoerna turun 4,8% YoY menjadi Rp 11,5 triliun. Dari total jumlah tersebut, Henky bilang sebesar 64% atau sekitar Rp 7,4 triliun di antaranya disalurkan secara langsung dan tidak langsung kepada UMKM.
Baca Juga: Modal Inti Sentuh Rp 6 Triliun, SeaBank Resmi Jadi KBMI 2
Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit PT Bank Seabank Indonesia justru tumbuh pesat. Dalam periode yang sama, SeaBank mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 28,6 triliun, tumbuh 45% YoY. Wakil Direktur Utama SeaBank Indonesia Junedy Liu menyebut, hampir 50% dari jumlah tersebut merupakan pinjaman untuk UMKM melalui kerja sama dengan berbagai platform digital lain.
Pun secara kualitas kredit, rasio NPL bank masih terjaga di level 1,9%. Dengan hasil itu, Junedy masih optimistis dengan segmen UMKM. Maka, SeaBank berencana meluncurkan produk kredit internal yang ditargetkan rilis pertengahan tahun depan. Produk tersebut nantinya juga bakal menyasar UMKM.
Namun, ia tak memungkiri bahwa kepatuhan membayar tetap penting untuk menjaga kualitas kredit. “Kami akan terus berinovasi untuk bisa memberikan kredit, terlebih dengan bunga yang bersahabat. Tapi yang terutama disiplin dari para UMKM,” kata Junedy.
Selanjutnya: Purbaya Terbitkan Aturan Tarif Layanan Tarif RSU Adhyaksa, Gratis untuk Warga Miskin
Menarik Dibaca: Hasil Australian Open 2025, Sembilan Wakil Indonesia Melenggang ke Perempat Final
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













