Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Commonweatlh saat ini dikabarkan tengah dilirik oleh Bank Malaysia CIMB dan perusahaan keuangan Jepang, JTrust. Mengutip Reuters Selasa (31/10), kedua bank itu disebut-sebut bersaing dengan perusahaan lainnya dan dapat memberi nilai pada pemberi pinjaman sebesar US$ 400 juta - US$ 500 juta.
Berdasarkan sumber yang sama, Morgan Stanley sebagai penasihat keuangan penjualan tersebut, telah meminta para penawar untuk mengajukan penawaran yang mengikat pada awal November.
Terkait informasi tersebut, Bank Commonweatlh pun hanya menjawab singkat dengan menjelaskan pihaknya enggan memberikan komentar apapun terhadap rumor yang ada.
Baca Juga: Bank Commonwealth Tawarkan Cashback hingga Rp 30 Juta bagi Investor ORI024
“Sesuai dengan peraturan perusahaan kami, kami tidak memberi komentar atas market rumor dan spekulasi,” ujar corporate communication Bank Commonwealth kepada KONTAN, Selasa (31/10).
Sementara itu, KONTAN juga telah mencoba menghubungi Direktur Bisnis PT Bank Jtrust Indonesia Tbk (BCIC) Widjaja Hendra untuk konfirmasi terkait rencana aksi korporasi induknya tersebut. Hanya saja, ia menolak berkomentar banyak.
“no comment, lebih baik ke corporate secretary,” ujarnya singkat.
Minat terhadap Bank Commonwealth muncul pada saat pertumbuhan di Indonesia, negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, diperkirakan akan melambat setelah mencapai tingkat tertinggi dalam tiga kuartal pada periode April-Juni.
Sebagai informasi, Bank Commonwealth, yang 99% sahamnya dimiliki oleh pemberi pinjaman terbesar di Australia, Commonwealth Bank of Australia (CBA), berfokus pada pinjaman ritel serta layanan perbankan korporasi untuk usaha kecil dan menengah.
Baca Juga: Rayakan Hari Pelanggan Nasional, Bank Commonwealth Perkuat Komitmen Pelayanan Prima
Bank yang juga menyediakan layanan manajemen kekayaan, memiliki total aset sebesar 18,39 triliun rupiah atau setara US$ 1,1 miliar pada tahun lalu, menurut laporan tahunannya.
Perusahaan ini mencatat kerugian lebih dari Rp 350,77 miliar pada tahun 2022, lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News